Dalam webinar tersebut juga ada Dosen Magister Ilmu Komunikasi Budi Luhur Denik Iswardani Witarti, yang menekankan pentingnya wawasan kebangsaan agar Indonesia dapat makin diketahui oleh masyarakat luar.
Materi dilanjutkan oleh Denik dengan membicarakan kompetensi budaya bermedia digital, dimana pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.
Baca Juga:
Tak Perlu Risau, Ini Cara Mudah Mengatasi Lupa Password Email
Nilai-nilai tersebut tidak hanya sebagai ingatan, tetapi harus mewujudkannya di media digital, misalnya dengan menjadi pelaku penyebar kebudayaan menggunakan platform di dunia digital.
Denik mengatakan, "Ada hak yang membatasi hak kita yaitu hak orang lain.
Ini yang suka kita lupa karena ini merupakan akun saya dan gadget saya. Namun apabila kita bermain gadget, maka kita akan masuk ke ruang digital, dimana orang lain dapat melihatnya. Oleh karena itu, hak kita dibatasi dengan hak orang lain".
Baca Juga:
5 Trik Jitu Membuat Password yang Kuat dan Gampang Diingat
Sesi webinar terakhir ditutup oleh Citra Rani Angga Riswari, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo. Citra menuturkan bahwa ruang digital merupakan sarana berkreasi dan mengekspresikan karya seni.
Namun hal ini diikuti dengan masalah-masalah seperti menipisnya tingkat apresiasi dari pengguna media sosial terhadap sebuah karya serta kerap munculnya pembajakan, boikot, perundungan, dan ungkapan kebencian.
"Selain pembajakan, ada perundungan juga yang marak di dunia maya. Perundungan adalah tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah secara fisik maupun mental dengan menggunakan media digital. Kemudian, hal ini dapat memunculkan rasa takut si korban, bahkan dapat terjadi kekerasan fisik di dunia nyata atau offline," tambahnya.