Sehingga, hal yang dapat ia lakukan hanyalah
memberikan ruang kebebasan bagi siswa untuk menggunakan fasilitas-fasilitas
sekolah mendukung keterampilan kewirausahaan di luar pemenuhan kurikulum.
Hasilnya, justru 3 orang muridnya dapat
bergabung di industri kerajinan kulit Revolt.
Baca Juga:
Puan Maharani Lirik Dua Menteri Jokowi Maju Pilkada DKI Jakarta
Nur Rizal mengapresiasi inisiatif guru SMK di
Surabaya tersebut sebagai bagian dari implementasi menghilangkan budaya
feodalistik.
"Terkadang, hanya dibutuhkan perubahan mindset dan perilaku guru untuk
menerjemahkannya. Tidak perlu sampai pada perubahan kurikulum atau kebijakan
yang lebih besar," ujar Rizal.
"Budaya feodalistik penting untuk dibongkar
secara mendasar karena budaya itu justru membunuh kreatifitas dan kemandirian
untuk beradaptasi terhadap perubahan. Padahal, dua kompetensi tersebut sangat
dibutuhkan oleh tuntutan kompetensi di masa depan," jelasnya.
Baca Juga:
Pantas Anggota DPR Ngamuk ke Nadiem, Ternyata 17 Sekolah di NTT Mangkrak 2 Tahun
Rizal mengatakan, apa yang disampaikannya
didukung data World Economic Forum
yang mengungkap 36 persen dunia kerja dan industri akan didominasi pekerjaan
yang membutuhkan kualifikasi dalam memecahkan persoalan kompleks.
"Sekitar 90 persen kompetensi yang harus
disiapkan oleh generasi mendatang adalah penguasaan di aspek softskill dan
karakter, bukan konten akademik," kata Rizal.
Ke depan, akademik yang dibutuhkan adalah jenis
pekerjaan yang memerlukan kemampuan penalaran dan teknik analisis untuk
keperluan data saintis dan kecerdasan buatan.