Dalam kesempatan ini, Nur Rizal menawarkan
Kompas Perubahan yang bertujuan menggeser paradigma standarisasi akademik
menuju manusia seutuhnya (wellbeing).
Kompas Perubahan GSM tersebut antara lain
adalah perubahan budaya feodalistik menuju budaya yang memerdekakan dan
memberdayakan.
Baca Juga:
Puan Maharani Lirik Dua Menteri Jokowi Maju Pilkada DKI Jakarta
"Budaya feodalistik ini akan melahirkan
praktik penyeragaman pada siswa serta pengawasan pada guru yang sifatnya
administratif. Dengan perubahan ekosistem ini, guru memiliki ruang dan
kesempatan untuk membuat kurikulum sekolah yang lebih dibutuhkan siswa dan
kontekstual," jelas Rizal.
Adapun selain ekosistem, Kompas Perubahan harus
terjadi dari penguasaan materi ke penalaran dan analisis, guru yang hanya
mengajar kurikulum ke guru yang memfasilitasi pengembangan individu, dan dari
ekosistem kompetisi ke ekosistem kolaborasi dan sharing.
Hal ini menandakan bahwa stakeholder terbuka menerima revolusi pendidikan yang ditawarkan
gerakan akar rumput GSM untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang
menyenangkan bagi siswa.
Baca Juga:
Pantas Anggota DPR Ngamuk ke Nadiem, Ternyata 17 Sekolah di NTT Mangkrak 2 Tahun
"Apabila siswa senang, maka siswa akan
termotivasi dan antusias dalam belajar tanpa dipaksa. Itulah ciri pembelajar
mandiri sepanjang hayat di era masa depan," pungkas Nur Rizal. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.