Selain itu, 4 proposal penelitiannya mengenai pemrosesan hilir
sumber daya hidrokarbon dan energi terbarukan menerima pujian dan rekomendasi
dariAmerican
Association for the Advancement of Science(AAAS) untuk
menggaet dana dari KACST.
Pada 1996-2001, Muraza mengenyam bangku kuliah di Institut
Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan Teknik Kimia.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: SLO Listrik, Benteng Terakhir Keselamatan Ketenagalistrikan
Sempat magang dan mendapat beasiswa dariDOW Chemical, setelah
lulus, ia bekerja sebagaiProduction
Supervisordi kilang migas lepas pantai Repsol YPF Maxus
(sekarang adalah Pertamina Hulu Energi OSES) pada 2001-2002.
Ketika masih di Repsol, Muraza memutuskan melanjutkan jenjang
S-2 keTechnishe
Universiteit Delftdi Belanda pada 2002-2004 dengan Beasiswa
UNESCO SFP, TU Delft (2002-2004) dan Huygens (2003-2004), sambil magang di
Shell juga. Terakhir, pada 2004-2009, ia kembali mengejar gelar PhD-nya di
Negeri Kincir Angin melaluiTechnishe
Universiteit Eindhoven.
Baca Juga:
Indonesia Siap Ekspor Bahan Baku Baterai Mobil Tesla Mulai Januari 2025
Melanglang Buana di Dunia Teknik Kimia dan Petrokimia
Pada 2004, Muraza menerimaNIOK(Dutch Institute for Catalyst Research)Awardsetelah
mencatatkan nilai tertinggi pada ujian NIOK (Catalysis, an Integrated Approach/CAIA pada Desember
2004).
Berbekal ilmunya dari Belanda, Ristekdikti mengungkapkan bahwa
Muraza sempat menjadi rekan peneliti di berbagai institusi sebelum bergabung
dengan KFUPM.