Di sisi lain, ia mengatakan, baik BBM maupun biodiesel keduanya sama-sama tetap mengeluarkan emisi gas. Yang menjadi perbedaan ialah secara hulunya, yaitu terbuat dari minyak nabati dari sawit sehingga bisa diserap kembali oleh pohon tersebut.
Di sisi inilah keunggulan biodiesel terlihat.
Baca Juga:
Indonesia Kembali Ajukan Panel Evaluasi Sengketa Bea Masuk Biodiesel Uni Eropa di WTO
"Tapi secara total netral, ya emisinya tidak nambah. Itulah kenapa disebut sebagai bahan bakar yang bersih," tambahnya.
Sementara itu, untuk data-data dari emisi dan dampak penggunaan Biodiesel 40% sendiri baru akan terlihat setelah rangkaian uji jalan tersebut dan masih akan terus diteliti.
Di sisi lain, penggunaan biodiesel ini juga memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian Ri selama 2021. Salah satunya ialah memberikan dampak terhadap penghematan devisa negara sebesar US$ 4,42 miliar atau setara dengan Rp 66 triliun rupiah.
Baca Juga:
Dirut Pertamina Paparkan Manfaat Minyak Sawit Jadi Bahan Bakar
Selain itu, penggunaan dari bahan bakar ini juga memberi sumbangsih pada peningkatan nilai tambah CPO ke biodiesel sebesar Rp 11,3 triliun.
Selain itu, biodiesel juga memberikan manfaat dari segi peningkatan tenaga kerja. Dalam hal ini ialah petani sawit di mana jumlahnya untuk on-farm sebanyak 1,15 juta tenaga kerja dan off-farm sebanyak 8,68 ribu tenaga kerja.
Perlu diketahui juga, di tahun 2021 volume biodiesel yang disalurkan mencapai 9,3 juta kiloliter. Dadan mengatakan, pada kuartal akhir 2022 ini akan ada peningkatan alokasi mencapai 860 ribu kiloliter.