“Kami sedang mencari platform tempur yang tangguh, teruji, dan bisa memberikan efek gentar. J-10C menawarkan kombinasi itu,” ujar seorang pejabat militer.
Tak hanya dari China, ketertarikan lama Indonesia terhadap Su-35 Rusia pun kembali mengemuka.
Baca Juga:
Detik-detik F-35 Israel Dihantam Rudal Iran, Viral di Media Sosial
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menegaskan bahwa kontrak pengadaan 11 unit Su-35 senilai US$1,14 miliar masih berlaku.
“Kontrak itu tidak pernah dibatalkan. Masih aktif. Kami akan melanjutkan negosiasi dalam waktu dekat,” ujarnya, mengutip Defence Security Asia.
Pada 2018 lalu, Indonesia telah menandatangani perjanjian pengadaan Su-35.
Baca Juga:
Serangan Israel Tewaskan Petinggi Militer Iran, Konflik Teluk Kian Membara
Namun pada 2020, kesepakatan ini dikabarkan terhenti karena tekanan dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, yang mengancam akan memberlakukan sanksi di bawah aturan CAATSA (Countering America's Adversaries Through Sanctions Act).
Sementara itu, Indonesia tetap melanjutkan kerja sama pertahanannya dengan mitra Barat. Pengiriman enam unit pertama jet tempur Dassault Rafale dari Prancis dijadwalkan pada Februari 2026, bagian dari kontrak senilai RM32 miliar untuk total 42 unit.
Namun sejumlah analis pertahanan mulai mempertanyakan efektivitas jet-jet tempur Barat menyusul klaim bahwa J-10C Pakistan berhasil menjatuhkan hingga enam pesawat Angkatan Udara India—tiga di antaranya adalah Rafale—dalam konflik di Kashmir menggunakan rudal jarak jauh PL-15.