Dalam temuannya, BMKG mengumumkan zona Sesar Cugenang sepanjang 8-9 kilometer, mulai dari Desa Nagrak sampai Ciherang dengan arah tenggara-barat laut. Adapun radius kanan-kirinya sejauh 200-500 meter sehingga total luasan diperhitungkan 8,09 kilometer persegi.
Diperhitungkan ada sekitar 1.800 rumah yang harus direlokasi berasal dari wilayah Desa Talaga, Sarampad, Nagrak dan Cibulakan. Keempatnya disebut Daryono berada dalam zona bahaya Patahan Cugenang
Baca Juga:
BMKG Beri Peringatan ke Sejumlah Wilayah, La Nina Mulai Menggeliat
Survei, Dwikorita menerangkan, berdasarkan, antara lain, mekanisme fokal dan sebaran gempa-gempa susulan yang terjadi.
Juga apa yang disebut pelamparan kemenerusan retakan di permukaan tanah. Data sebaran kerusakan bangunan dan titik longsor yang terjadi karena gempa itu juga ikut dikumpulkan dalam survei, serta kelurusan morfologi.
Temuan itu berbeda dari indikasi jalur patahan gempa atau sesar di kawasan yang sama yang didapat tim peneliti dari BRIN dan ITB. Mereka menemukan jalurnya condong berarah barat-timur, bukan tenggara-barat laut seperti yang diungkap BMKG.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Dalam pernyataannya, peneliti gempa di BRIN, Danny Hilman Natawidjaja, menilai kesimpulan BMKG soal jalur sesar gempa Cianjur masih sangat prematur. Ditambahkannya, penelitian retakan gempa sesar aktif di Cianjur tidak mudah karena sesar aktif belum diketahui sebelumnya. Kemudian, data retakan permukaan sangat minim karena gempanya kecil.
"Dari retakan gempa yang diidentifikasi di lapangan itu juga," kata Danny, "Harus dilanjutkan dengan survei geofisika di bawah permukaan, juga uji puritan dan beberapa metode lain."
Peneliti Geodesi ITB Irwan Meilano menambahkan indikasi didapat timnya setelah menggunakan data seperti interferometric synthetic aperture radar (InsAR) dan global positioning system (GPS). Data masih akan dilengkapi melalui pengamatan GPS dan dari gempa-gempa susulan.