Perusahaan asal negeri tirai bambu seperti Baidu dan Alibaba, yang meluncurkan aplikasi AI generatif tahun ini, telah melakukan kontak dengan regulator selama beberapa bulan terakhir untuk memastikan AI mereka tidak melanggar aturan.
Menurut Direktur CAC Zhuang Roq, pihaknya perlu memastikan bahwa AI "dapat diandalkan dan dapat dikontrol" karena China mengkhawatirkan data yang digunakan.
Baca Juga:
Bos NVIDIA Ungkap AI Bisa Jadi Senjata RI Genjot Pertanian
Tak hanya di China, pemerintah dan pihak berwenang lainnya juga tengah berlomba untuk membuat undang-undang yang membatasi potensi penyalahgunaan teknologi ini.
Uni Eropa telah mengusulkan beberapa peraturan terberat di dunia, yang memicu protes dari perusahaan dan eksekutif di wilayah tersebut, sementara AS telah mendiskusikan langkah-langkah untuk mengendalikan AI. Sedangkan Inggris saat ini telah melakukan sebuah tinjauan pada teknologi AI.
Sebagai catatan, rancangan peraturan di China pada April menetapkan persyaratan untuk data yang digunakan perusahaan teknologi untuk melatih model AI generatif dengan permintaan khusus untuk memastikan "kejujuran, akurasi, objektivitas, dan keragaman".
Baca Juga:
Terbongkar Upaya Penjahat Siber Kuras Habis Rekening via Gmail
Persyaratan tersebut menunjukkan China mengadopsi arah yang sama dengan Eropa, di mana kualitas data yang digunakan untuk melatih model AI merupakan area utama dari pengawasan peraturan, seperti berusaha mengatasi masalah seperti "halusinasi," ketika sistem AI mengarang materi.
Namun, Beijing menetapkan persyaratannya jauh lebih tinggi. Artinya, perusahaan-perusahaan China perlu mengeluarkan lebih banyak upaya untuk menyaring jenis data yang digunakan untuk melatih AI.
[Redaktur: Alpredo]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.