WahanaNews.co, Jakarta - Kopling selip merupakan permasalahan umum pada mobil dengan transmisi, baik yang menggunakan transmisi otomatis maupun manual.
Kopling selip terjadi ketika kampas kopling kendaraan tidak mampu mentransmisikan tenaga yang dihasilkan oleh mesin secara efektif ke roda dengan bantuan transmisi.
Baca Juga:
Kasus Bocah 3 Tahun Terlindas Mobil di Ciputat Naik Penyidikan
Terdapat setidaknya tiga dampak serius yang timbul saat kendaraan mengalami kopling selip, yang tidak bisa dianggap enteng.
Pertama, terjadi boros bahan bakar karena mesin dipaksa untuk memenuhi kebutuhan tenaga yang tidak sepenuhnya tersalurkan ke transmisi.
Selain itu, kendaraan juga mengalami kehilangan tenaga karena tenaga hasil pembakaran mesin tidak dapat disalurkan dengan optimal ke transmisi.
Baca Juga:
Terparkir Bertahun-tahun, KPK Klaim Temukan Mobil Harun Masiku
Dampak yang paling parah adalah kemungkinan kendaraan mogok; jika tenaga mesin tidak dapat disalurkan sepenuhnya ke transmisi, mobil hanya akan menggerung dan berhenti bergerak.
Penyebab Kopling Mengalami Selip
Dilansir dari Sachs Performance, terdapat setidaknya 7 penyebab kopling slip pada kendaraan.
Faktanya, sebagian besar penyebab kopling selip pada kendaraan ini adalah karena human error, dengan kata lain pemilik kendaraan tidak melakukan perawatan kopling dengan optimal.
1. Kampas kopling aus
Kampas kopling yang mengalami keausan menjadi penyebab pertama terjadinya kopling selip. Hal ini disebabkan oleh peran kampas kopling sebagai komponen yang berfungsi sebagai pemutus atau penyambung tenaga dari mesin ke transmisi kendaraan.
Salah satu indikasi keausan pada kampas kopling adalah kesulitan dalam menggeser posisi persneling atau gear kendaraan.
2. Oli transmisi salah
Oli transmisi tidak sama dengan oli lainnya. Namun, masih ada pemilik kendaraan yang asal dalam memilih oli transmisi.
Dampaknya, oli tersebut tidak bisa memberikan pelumasan yang maksimal, sehingga membuat komponen transmisi lekas aus. Gunakan selalu oli transmisi yang sudah dianjurkan oleh masing-masing pabrikan.
3. Seal rear engine rusak
Penyebab selanjutnya dari kopling selip adalah adanya kerusakan pada seal rear engine yang berada di belakang flywheel.
Ketika seal ini mengalami kerusakan, dapat menyebabkan oli bocor dan masuk ke bagian kopling melalui gasket cover. Prakondisi tersebut membuat kopling menjadi licin dan tidak dapat berfungsi secara optimal.
4. Cakram kopling aus
Permukaan cakram kopling yang bergesekan akan membuatnya mengalami keausan, terlebih lagi jika kendaraan sering digunakan.
Cakram kopling sendiri memiliki sebuah lapisan yang bertugas untuk mempermudah interaksi diantara pressure plate dengan flywheel.
5. Pegas kopling mulai melemah
Agar pressure plate dapat menekan kampas kopling yang terhubung dengan flywheel, dibutuhkan pegas kopling.
Seiring waktu, pegas kopling dapat mengalami penurunan kekuatan, yang mengakibatkan penurunan kemampuannya untuk menekan pressure plate. Hal ini dapat menyebabkan kopling mengalami slip.
6. Gerak bebas kopling terlalu rapat
Jika gerakan bebas kopling terlalu dekat, kampas kopling dapat mengalami pemanasan dan slip dengan cepat.
Hal ini terjadi karena kopling berada dalam posisi tertekan meskipun pengemudi belum menginjak pedal rem.
Tekanan pada pressure plate menyebabkan gaya tekan pada kampas kopling melemah karena terdorong ke belakang.
7. Kendaraan sering overload
Kopling selip terjadi akibat kendaraan sering mengalami beban berlebih atau overload. Overload tidak hanya menimbulkan beban berlebih pada mesin, roda, dan suspensi, tetapi juga memicu kopling untuk mengalami selip.
Hal ini terjadi karena kopling harus bekerja dengan intensitas tinggi untuk mentransmisikan tenaga dari mesin ke sistem transmisi.
Agar dapat mencegah terjadinya kopling selip, disarankan untuk melakukan perawatan secara rutin setiap 12 ribu kilometer atau setiap tahun sekali.
Perawatan ini mungkin diperlukan lebih sering jika kendaraan digunakan dengan frekuensi tinggi.
Penting juga untuk hanya menggunakan oli transmisi sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kinerja transmisi pada tingkat maksimal dan menghindari memberikan beban berlebih pada kopling.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]