WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ilmu pengetahuan kembali membuka lembaran baru yang luar biasa dari dunia mikroorganisme.
Dua penemuan menakjubkan mengungkap kemampuan bakteri langka yang tidak hanya mampu bertahan di lingkungan ekstrem, tetapi juga menghasilkan material berharga, termasuk emas!
Baca Juga:
Fakta Mengejutkan, Mengupil Ternyata Bisa Picu Alzheimer!
Penemuan ini bukan hanya mencengangkan, tetapi juga memunculkan harapan baru di bidang pengelolaan limbah logam dan teknologi bioteknologi masa depan.
Salah satu bakteri yang ditemukan secara tak sengaja di laboratorium California Institute of Technology (Caltech), terbukti mampu “memakan” mangan dan mengubahnya menjadi energi.
Sementara di sisi lain, ada bakteri lain yang menghasilkan partikel emas sebagai hasil dari proses bertahannya di lingkungan beracun.
Baca Juga:
Studi Ungkap Botol Minum Mengandung Banyak Kuman Jika Tidak Dibersihkan dengan Benar
Ini bukan sekadar sains, tapi awal dari era baru pemanfaatan mikroba super!
Bakteri Pemakan Mangan
Penemuan ini dimulai dengan sebuah kebetulan. Jared Leadbetter, ahli mikrobiologi dari Caltech, meninggalkan botol larutan mangan di lab selama beberapa bulan.
Ketika kembali, ia menemukan endapan hitam misterius.
“Saya terkejut menemukan botol itu dilapisi material hitam,” ujarnya.
Setelah serangkaian uji, diketahui bahwa lapisan itu adalah mangan teroksidasi, hasil aktivitas bakteri dari air keran.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Nature mengonfirmasi bahwa bakteri tersebut mampu menggunakan mangan sebagai sumber energi melalui kemosintesis, proses langka yang mengubah karbon dioksida menjadi biomassa.
Bakteri ini diyakini dapat membantu memecahkan misteri penyumbatan saluran air yang mengandung mangan dan bahkan berperan dalam pembentukan nodul logam raksasa di dasar laut.
Bakteri yang Buang Kotoran Emas
Tak kalah mencengangkan, peneliti internasional juga menemukan bakteri Cupriavidus metallidurans yang bisa menghasilkan emas.
Mikroba ini tidak hanya bertahan hidup dalam lingkungan ekstrem yang penuh logam berat, tetapi juga secara aktif membuang limbah berbentuk nanopartikel emas.
Penemuan awal dilakukan oleh ahli geomikrobiologi Frank Reith pada 2009, dan mekanismenya baru terungkap penuh pada 2018.
Bakteri ini menggunakan dua enzim penting, CupA dan CopA, untuk memproses logam beracun dan mengubahnya menjadi emas dalam bentuk partikel mikro di permukaan selnya.
“Mereka membuang emas sebagai cara bertahan hidup. Ini bukan sihir, ini biologi tingkat tinggi,” ujar Reith.
Fenomena ini membuka peluang revolusioner di bidang nanoteknologi, bioremediasi, hingga eksplorasi tambang emas ramah lingkungan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]