"Dia sebenarnya ingin menggunakan sains untuk membuat polisi lebih taat hukum, untuk menggantikan interogasi ilmiah baru ini dengan apa yang sebelumnya dikenal sebagai tingkat ketiga, yang merupakan cara untuk mendapatkan informasi dari orang-orang dengan memukuli mereka,” lanjutnya.
Petugas polisi Berkeley John Larson menciptakan mesin pertama, mendasarkannya pada tes tekanan darah sistolik yang dipelopori oleh psikolog William Moulton Marston, yang kemudian menjadi penulis buku komik dan menciptakan Wonder Woman.
Baca Juga:
Kapolri Tegaskan Hasil Lie Detector Sambo dan Putri akan Dibuka di Sidang
Marston percaya perubahan tekanan darah bisa menunjukkan apakah seseorang berbohong.
Poligraf modern mengukur berbagai perubahan fisik seperti denyut nadi dan pernapasan serta tekanan darah.
Marston percaya perubahan tekanan darah bisa menunjukkan apakah seseorang berbohong.
Baca Juga:
Hasil Uji Lie Detector: Bharada E Penembak Pertama Brigadir J, Sambo Terakhir
Poligraf modern mengukur berbagai perubahan fisik seperti denyut nadi dan pernapasan serta tekanan darah.
Tetapi kredibilitas poligraf ditantang segera setelah ditemukan. Pada 1923, dalam apa yang menjadi keputusan Mahkamah Agung yang bersejarah, Frye v Amerika Serikat (AS), diputuskan bahwa bukti ilmiah, seperti yang diperoleh melalui poligraf, hanya dapat diterima jika "cukup ditetapkan untuk memperoleh penerimaan umum" di bidang ilmiah masyarakat.
Poligraf tersebut didukung oleh Leonarde Keeler, yang pada 1930 membantu mendirikan laboratorium deteksi kejahatan ilmiah di Northwestern, laboratorium forensik pertama di AS, setahun sebelum Biro Investigasi Federal (FBI).