"Hal ini dimungkinkan karena tanah permukaan Bulan berinteraksi dengan eksosfer sejak terbentuknya bulan, dan proses yang berbeda meninggalkan jejak yang berbeda pada komposisi isotop tanah bulan," kata ilmuwan planet dan rekan penulis studi Timo Hopp dari Institut Max Planck untuk Penelitian Tata Surya di Jerman.
Setelah puluhan tahun mempelajari bulan, para ilmuwan masih mempelajari beberapa proses dasarnya.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
"Banyak pertanyaan penting tentang atmosfer bulan yang masih belum terjawab. Kini, kami mampu menjawab beberapa pertanyaan ini berkat kemajuan teknologi," kata Nie.
"Ketika sampel Apollo dibawa dari Bulan pada 1970-an, komposisi isotop kalium dan rubidium di tanah Bulan diukur menggunakan spektrometer massa. Akan tetapi, pada saat itu, tidak ada perbedaan isotop yang diamati. Spektrometer massa masa kini menawarkan presisi yang jauh lebih tinggi," urai dia.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.