Atmosfer Bulan sangat tipis dan secara teknis diklasifikasikan sebagai eksosfer, yang berarti atom tidak saling bertabrakan karena jumlahnya sangat sedikit, beda banget dengan atmosfer Bumi yang tebal dan stabil.
"Misi Apollo membawa instrumen ke permukaan Bulan yang mendeteksi atom di udara," ungkap Nie.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
Komposisi atmosfer Bulan
Pada 2013, NASA mengirim wahana antariksa robotik Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE) untuk mengorbit Bulan demi mempelajari atmosfer dan lingkungan permukaannya.
Wahana ini mengidentifikasi dua proses, yang dikenal sebagai pelapukan ruang angkasa, yakni dampak meteorit dan fenomena yang disebut semburan angin surya.
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
"Angin surya membawa partikel bermuatan berenergi tinggi, terutama proton, melalui ruang angkasa. Ketika partikel-partikel ini menghantam Bulan, mereka mentransfer energinya ke atom-atom permukaan Bulan, menyebabkannya terlempar dari permukaan," kata Nie.
Angin surya ini mengacu pada aliran konstan partikel bermuatan dari Matahari yang menembus Tata Surya.
LADEE tidak menentukan kontribusi relatif dari kedua proses ini terhadap atmosfer Bulan. Studi baru tersebut menunjukkan bahwa tumbukan menyumbang lebih dari 70 persen komposisi atmosfernya, sementara semburan angin surya menyumbang kurang dari 30 persen.