Bulan sendiri terus-menerus dibombardir oleh meteorit. Di awal sejarahnya, meteorit besar membuat kawah menganga yang terlihat di permukaan Bulan, sementara belakangan meteorit yang lebih kecil, termasuk mikrometeorit seukuran debu.
Beberapa atom yang terangkat oleh tumbukan ini terbang ke luar angkasa. Sisanya tetap melayang di atas permukaan dalam atmosfer yang secara teratur diisi ulang saat lebih banyak meteorit mendarat.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
Atmosfer Bulan terutama mengandung argon, helium, dan neon, bersama dengan kalium dan rubidium dan mungkin unsur-unsur lain pada tingkat yang lebih rendah.
Lapisan ini membentang dari permukaan Bulan hingga ketinggian sekitar 62 mil (100 km). Atmosfer Bumi membentang hingga sekitar 6.200 mil (10.000 km).
Tanah warisan Neil Armstrong
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
Alih-alih menyelidiki atom-atom sebenarnya di atmosfer Bulan, para peneliti menggunakan tanah Bulan, yang disebut regolith, sebagai pengganti.
Mereka menggunakan instrumen yang disebut spektrometer massa untuk memeriksa rasio isotop kalium dan rubidium yang berbeda di dalam tanah.
Isotop adalah atom-atom dari unsur yang sama dengan massa yang sedikit berbeda karena jumlah partikel subatomik yang disebut neutron berbeda.