WahanaNews.co | Paus pembunuh alias orca beberapa kali menyerang kapal di Eropa.
Serentetan kejadian itu terlacak terjadi dari pantai Portugal, Spanyol hingga Prancis. Tak ada yang terluka atau meninggal, tetapi orca telah merusak beberapa perahu dan dilaporkan menenggelamkan perahu layar pada 31 Juli.
Baca Juga:
KPK Ungkap Soal Kasus PT Jembatan Nusantara dan ASDP yang Rugikan Negara
Dikutip dari Live Science, Rabu (24/8/2022) serangan terbaru terjadi di lepas pantai Prancis awal bulan ini, ketika sekelompok orca mulai menabrak perahu layar setinggi 11,2 meter milik Ester Kristine Storkson bersama ayahnya.
Keduanya tengah menuju Madeira, sebuah kepulauan di sebalah barat Maroko dalam rangka untuk berlayar keliling dunia.
Namun di tengah perjalanan itu, beberapa paus pembunuh mengepung mereka. Untungnya setelah sekitar 15 menit, cetacea tersebut berenang menjauh, meninggalkan kemudi kapak yang rusak.
Baca Juga:
Tim Sar Dikerahkan Cari Kapal Angkut Wisatawan Dilaporkan Tenggelam di Takalar Sulsel
Strorkson dan ayahnya pun bisa pergi ke pantai Prancis untuk melakukan perbaikan.
Serangan orca ini pun membuat para ilmuwan bertanya-tanya. Selain itu, menurut Renaud de Stephanis, presiden dan koordinator di CIRCE Conservacion Information and Research, kelompok penelitian cetacea yang berbasis di Spanyol, laporan yang terjadi di beberapa wilayah menunjukkan, bahwa lebih dari satu kelompok orca yang mempunyai perilaku penyerangan.
Orca adalah hewan sosial dan terkadang meniru perilaku satu sama lain, layaknya manusia.
Pada tahun 1987, misalnya, orca di Puget Sound menaruh salmon di kepala mereka seperti sedang memakai topi.
Perilaku itu menurut makalah yang dipublikasikan di Biological Conservation tahun 2004, seperti sebuah tren yang menyebar di kalangan orca.
Baru setelah sekitar 6 minggu, orca berhenti menaruh salmon di kepala mereka.
Hal serupa juga terjadi pada cetacea sosial lainnya yaitu lumba-lumba. Sebuah studi tahun 2018 di jurnal Biology Letters melaporkan, bahwa lumba-lumba liar di Australia selatan melakukan tren 'tail walking'.
Tren itu merupakan sebuah gerakan, di mana lumba-lumba melakukan gerakan mengangkat sebagian besar tubuhnya keluar dari air secara vertikal dan meluncur ke belakang menggunkaan sirip ekornya.
Tren ini berlanjut selama lebih dari satu dekade dan akhirnya menghilang tahun 2014 ,setelah lumba-lumba yang menjadi pelopor tail walking ini mati.
Lebih lanjut berkaitan kasus terbaru, para ilmuwan masih tak yakin mengapa serangan orca yang terjadi di Eropa menyasar bagian kemudi perahu. De Stephanis pun berteori, mungkin orca menyukai gerakan air yang digerakkan oleh baling-baling perahu.
Ketika baling-baling kapal tak bergerak, orca menjadi frustasi dan itulah sebabnya mereka mematahkan kemudi.
Tapi ilmuwan juga berspekulasi, bahwa mungkin orca hanya terpesona oleh bagian-bagian kapal yang bergerak. Apalagi, jika itu adalah orca muda yang masih ingin tahu dan suka bermain.
De Stephanis pun mengatakan, ada kemungkinan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh beberapa orca muda yang penasaran dan itu adalah sebagai bentuk permainan yang akan menghilang ketika mereka dewasa. [rin]