Jika komika tidak bisa menghibur penonton, maka tugas komika gagal. Bukan penonton yang disalahkan, karena kegagalan si komika. Justru si komika yang tidak mampu memahami suasana.
Cak Lontong mengakui bahwa saat ini banyak komika yang menggunakan materi yang berkaitan dengan kritik sosial dan SARA.
Baca Juga:
Polda Lampung Tetapkan Komika Aulia Rakhman Jadi Tersangka Penistaan Agama
Meskipun demikian, menurutnya, tidak semua materi harus menyakiti perasaan orang karena tugas seorang komika adalah untuk menghibur banyak orang.
Untuk menghindari materi yang kontroversial, Cak Lontong selalu mencari materi dari premis-premis sederhana, baik dari sebuah kata atau istilah, seperti sabar, takut, mikir, dan gaptek.
Nama panggilan "Lontong" yang digunakan oleh Cak Lontong berasal dari pengalaman masa kecilnya, di mana ia memiliki postur tubuh yang kurus dan tinggi seperti lontong.
Baca Juga:
Demi Pernikahan Kaesang, Cak Lontong Cerita Siapkan Jas 2 Tahun
Oleh teman-teman dan keluarganya, ia dipanggil dengan julukan tersebut. Sedangkan kata "Cak" adalah panggilan umum untuk lelaki di Jawa Timur.
Kariernya terus berkembang di dunia hiburan, tidak hanya tampil di layar kaca dan panggung, tetapi juga berperan sebagai figuran dalam film komedi layar lebar seperti Comic 8.
Meskipun ia sebelumnya mendapatkan tawaran peran film, Cak Lontong memilih untuk berakting dalam Comic 8 sebagai upaya untuk meramaikan dunia film komedi. Film ini sukses dengan jumlah penonton yang banyak dan mendapatkan apresiasi.