Menurutnya, pihaknya lalu bertemu dengan perwakilan PKS. Ketika itu, PKS merespons positif ada partai baru di koalisi.
Namun, secara prosedural, PKS merasa tidak suka cara NasDem yang mengambil keputusan sepihak tanpa komunikasi dengan partai koalisi.
Baca Juga:
Prabowo Tampil Berwibawa di Mata Dunia, Anies: Lawatan Internasional Sangat Produktif!
Di sisi lain, ia mengatakan saat itu tidak bisa bertemu dengan Demokrat.
"Rabu malam itu tidak dapat waktu, ya sudah kalau gitu kita cek besoknya, pagi tetap tidak ada kabar, akhirnya Kamis pagi saya putuskan ke Jombang, karena siang akan pulang. Ketika di sana, kami dapat kabar diterima jam 4 sore, tapi karena pesawat delay, digeser jam 6, kemudian pertemuan digeser lagi jam 7, dan akhirnya tidak jadi bertemu, dibatalkan pertemuannya," katanya.
Partai Demokrat awalnya memutuskan untuk mencabut dukungan terhadap Anies dan mengundurkan diri dari KPP.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
Keputusan ini diambil setelah Anies memilih untuk bermitra dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, sebagai calon wakil presiden yang diusung.
Partai Demokrat merasa tradisi dipatahkan. Pasalnya, Anies serta NasDem sebelumnya telah bersama-sama menandatangani perjanjian bersama dengan Demokrat, NasDem, dan PKS. Namun, Anies dan NasDem justru menjalin kerja sama baru.
Selain itu, Partai Demokrat juga mengungkapkan bahwa Anies sebelumnya pernah meminta AHY untuk menjadi calon wakil presiden pendampingnya dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Permintaan ini disampaikan melalui panggilan telepon pada tanggal 12 Juni dan surat tertulis pada tanggal 25 Agustus.