Pantaskah BEM UI menyandang predikat
sebagai "Agent of Change"
Layakkah BEM UI mendapat sebutan
sebagai insan intelektual?
Baca Juga:
Foto-Video Mesra Khenoki Waruwu dan Kadis Pariwisata Beredar di Medsos, Plt. Bupati Nias Barat: Memalukan!
Jawabannya, jelas, BEM UI tidak independen sebagai sebuah lembaga formal
kemahasiswaan.
Dari narasi yang dibangun dengan
mengatakan Presiden Jokowi sebagai The
King of Lip Service, tampak sekali aroma tendensius dan hate speech tanpa ada argumentasi yang
konstruktif, selayaknya mahasiswa.
Bukan rahasia umum lagi, bagaimana
dinamika kemahasiswaan di UI sudah sarat dengan kepentingan politik praktis dan
partisan.
Baca Juga:
YLKI Wanti-wanti Konsumen Jangan Asal Viralkan Keluhan di Medsos, Ini Risikonya
Siapapun yang akan menjadi pengurus
BEM di tingkat universitas, harus melalui "seleksi
ketat" salah satu organ binaan PKS yang berpaham Wahabiisme, yakni KAMMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Karena dari pola yang ada, dari
periode ke periode, cengkraman Wahabi di kampus UI sangat terasa melalui forum
tarbiyah dan murobi.
Ironisnya, tidak hanya dinamika
kemahasiswaan lewat BEM UI di tingkat universitas yang sudah dikooptasi oleh
Kaum Wahabi, tapi sejumlah dosen dan birokrat kampus, bahkan para karyawannya
yang dulu dikenal dengan sebutan "Kampus Orde Baru" itu juga sudah
banyak yang berpaham Wahabi.