Sehingga, bagaimana mungkin kampus
yang semestinya menjadi laboratorium kehidupan bisa menjalankan Tri Darma
Perguruan Tinggi, yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan,
dan Pengabdian Kepada Masyarakat, jika dinamikanya dipengaruhi oleh paham
Wahabi yang anti nasionalisme, tidak menghormati akar budaya bangsa dan taklik
buta terhadap nilai-nilai keagamaan yang universal.
Berikutnya, jelas diragukan jika BEM
UI itu sebagai "agent of change".
Baca Juga:
Foto-Video Mesra Khenoki Waruwu dan Kadis Pariwisata Beredar di Medsos, Plt. Bupati Nias Barat: Memalukan!
Dengan sejumlah temuan di atas, BEM UI
lebih pantas disebut sebagai "Agen Binaan Wahabi", karena lebih banyak memperjuangkan tujuan-tujuan pragmatis dan
politisnya Wahabi, dalam hal ini PKS, daripada melakukan perubahan fundamental
untuk masyarakat Indonesia.
Juga, diragukan kalau kita menyebut BEM
UI sebagai insan intelektual, karena dari cara pandang dan cara mainnya masih
amatir, tidak intelek, tidak progresif, bahkan tidak ideologis sama sekali.
Bisa dipastikan, BEM UI ini jauh dari
forum-forum dan kajian-kajian intelektual yang berbasis pada nilai-nilai
kerakyatan dan kebangsaan.
Baca Juga:
YLKI Wanti-wanti Konsumen Jangan Asal Viralkan Keluhan di Medsos, Ini Risikonya
Bagaimana mungkin, lembaga
kemahasiswaan menjauh dari forum strategis seperti itu?
Ingat, mahasiswa itu kaum terpelajar
tingkat tinggi.
Karenanya ada sebutan "maha"
sebelum kata "siswa".