WahanaNews.co, Jakarta - Budiman Sudjatmiko menganggap bahwa dukungan yang diberikan oleh mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK) kepada pasangan Anies-Muhaimin (AMIN) dalam Pilpres 2024 tidak akan mempengaruhi kinerja tim Prabowo-Gibran.
JK secara resmi menyatakan dukungannya terhadap pasangan calon nomor urut 1.
Baca Juga:
TKN Hitung Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo Butuh Rp120 Triliun di Tahun Pertama
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran tersebut menyatakan bahwa sikap JK merupakan hak demokrasi untuk memberikan dukungan kepada siapa pun.
Dia menambahkan, "Pak SBY juga memiliki hak demokrasi," tuturnya, melansir Tempo, Kamis (21/12/2023).
Kendat begitu, Budiman mengatakan sikap JK itu tidak memengaruhi kinerja timnya dalam memenangkan Pemilu 2024.
Baca Juga:
Program Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo, Pengusaha Wanti-wanti Jerat Impor
"Menurut saya, sah-sah saja, tetapi itu tidak banyak berpengaruh," ujarnya. Dia mengatakan para relawan, caleg, dan pengurus partai pendukung tetap bekerja seperti biasa.
Tak hanya itu, Budiman berkelakar jangankan JK, mau dukungan datang dari Joe Biden pun pihaknya tak masalah.
Namun, dia buru-buru menambahkan kalau pemberian dukungan bukan hak Presiden Amerika Serikat itu. "Ya kita santai-santai saja," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla menegaskan sikap politiknya mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Anies-Muhaimin di Pilpres 2024.
"Jadi hari ini, di Makassar ini, saya menyampaikan sikap (dukung AMIN). Mudah-mudahan ada manfaatnya untuk anda semua," papar Jusuf Kalla saat menghadiri acara silaturahim digelar Presidium Gerakan Rakyat Sulawesi Selatan Timnas Pemenangan AMIN, di Gedung Islamic Centre IMIM, Makassar, Selasa (19/20/2023) lalu.
Dalam kesempatan itu, pria akrab disapa JK, bercerita bahwa Anies Baswedan boleh dikatakan adalah murid politiknya. Selama ini ia banyak memberikan masukan terkait permasalahan bangsa.
"Boleh dibilang saya mengajarkan politik Anies dulu di Universitas Paramadina tiap Jumat kita makan siang sama-sama. Dan saya memberikan mereka isu-isu dan pengalaman politik tiap Jumat. Dari situ saya mengerti bahwa Anies cepat mengerti persoalan dan memberi dasar pengetahuan untuk menyelesaikannya," ujarnya Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia ini.
JK berpendapat bahwa menduduki posisi presiden adalah tugas yang tidak mudah. Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan mental dan pemahaman mendalam, terutama terkait dengan aspek ekonomi.
Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan dan penurunan ekonomi global yang disebabkan oleh banyak konflik antarnegara.
Oleh karena itu, Indonesia memerlukan seorang pemimpin yang memiliki pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip dasar ekonomi.
"Dunia lebih sulit lima tahun akan datang, ekonomi dunia sulit akibat perang di Gaza, Ukraina, belum lagi China dan Amerika yang saling bertentangan. Demikian juga Eropa. Jadinya ekonomi dunia menurun," ungkapnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]