Sementara itu, Salim membantah bahwa PKS punya kecondongan untuk kembali mendukung Anies Baswedan. Beberapa tokoh Islam ataupun lembaga survei menyebut PKS merupakan salah satu parpol yang paling mungkin mengusung Anies di pilpres 2024.
Salim menegaskan dukungan PKS ke Anies hanya untuk Pemillihan Gubernur atau Pilgub DKI 2017 lalu. Sementara untuk pilpres 2024, PKS tetap mengutamakan kader sendiri.
Baca Juga:
DJP Kalbar Fokus Maksimalkan Penerimaan Pajak Sektor Perkebunan untuk Meningkatkan Pendapatan Negara
"Jangan kaitkan Anies dengan PKS. Tidak ada dukungan untuk Anies kalau untuk Pilpres 2024. Itu di Pilgub saja," tegas Salim.
Salah satu pekerjaan rumah besar Salim yang sudah dimandatkan partai menjadi tokoh nasional adalah merubah stigma PKS yang dilabeli sebagai partai wahabi atau Islam konservatif.
Ia tak menampik isu radikal sudah dilekatkan ke PKS selama belasan tahun dengan tujuan agar masyarakat tak memilih PKS. Ia pun mengaku salah satu kunci untuk menghilangkan stigma itu dengan perbanyak silaturahim dan dialog.
Baca Juga:
Wakil Baleg DPR: Periode Ini Harus Ada Pemekaran Daerah
Cara itu, diklaim Salim terbukti efektif. Hal itu menurut dia sudah dilakukan sejak menjabat sebagai Menteri Sosial Kabinet Indonesia Bersatu II atau di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu, Salim menjelaskan bahwa PKS partai semua kalangan.
Belakangan ia juga kerap bertemu kiai-kiai di daerah dan mendapatkan respons positif bahwa stigma PKS sudah hilang. Salah satunya sudah banyak kiai yang melihat bahwa PKS juga menggelar maulid Nabi Muhammad hingga tahlilan.
"Ada juga Kiai yang bilang gimana bilang PKS Wahabi, kan ada habib di dalamnya. Makanya perlu dialog, siapa yang menuding PKS kita temui, ajak diskusi, nanti juga pasti sadar PKS radikalnya sebelah mana," ungkap pria kelahiran Solo, 17 Juli 1954 itu.