WahanaNews.co, Jakarta - Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan Putri Presiden ke-4 RI Abdurahman Wahid (Gus Dur) Yenny Wahid kembali menunjukkan perbedaan pendapat terkait konflik internal partai itu yang terjadi pada 2008 silam.
Konflik internal PKB sempat terjadi antara barisan pendukung Gus Dur dan barisan pendukung Cak Imin kala itu.
Baca Juga:
Pasca Dilantik Jadi Anggota DPR RI, H Sudjatmiko Tasyakuran Bareng Tim Pemenangan
Konflik kedua kubu pun berujung pada digelarnya Musyawarah Luar Biasa (MLB) oleh dua kubu.
Kubu Gus Dur menggelar MLB di Pesantren Ashriyah Nurul Iman, Bogor pada 30 April-1 Mei 2008. Sementara barisan Cak Imin menggelar MLB di salah satu hotel kawasan Ancol, Jakarta Utara, pada 2-4 Mei 2008.
Cak Imin membantah anggapan yang menyebut dirinya berkhianat terhadap Gus Dur karena konflik tersebut. Menurutnya, narasi itu selalu berkembang setiap lima tahun saat pemilu.
Baca Juga:
Daftar Lengkap 580 Anggota DPR Terpilih 2024-2029 Bakal Ikuti Pelantikan Hari Ini
"Selalu muncul, setiap pemilu selalu dimunculkan, dibesarkan, tentu musiman lah saya bilang. Tetapi tuduhan saya berkhianat itu sama sekali tidak beralasan," kata Cak Imin dalam tayangan wawancara khusus bersama Mata Najwa, Senin (4/9).
Cak Imin mengatakan bahkan ada narasi yang menyebut dirinya mengudeta Gus Dur. Alih-alih mengudeta, Cak Imin mengklaim bahwa dirinya adalah korban kudeta saat diberhentikan sebagai Ketua Umum PKB.
"Bahkan ada yang bilang saya kudeta, yang benar adalah justru saya dikudeta, dikudeta oleh orang-orang yang kemudian Gus Dur memberhentikan saya," katanya
Pada 2005, Cak Imin terpilih menjadi Ketum PKB dalam Muktamar yang diselenggarakan di Semarang. Sementara Gus Dur ditetapkan sebagai Ketua Dewan Syura PKB.
Tiga tahun berselang, pada 2008, Ali Masykur Musa ditetapkan sebagai Ketua Umum DPP PKB berdasarkan hasil rapat antara Gus Dur selaku Ketua Dewan Syura PKB dan tim asistensi dalam Muktamar Luar Biasa PKB di Parung, Bogor, Jabar.
Posisi Sekjen PKB saat itu diemban putri kedua Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid alias Yenny Wahid.
Di acara Mata Najwa tersebut, Cak Imin mengklaim dirinya ikhlas menerima keputusan tersebut. Cak Imin pun mengaku tidak ikut campur ketika PKB di bawah kepemimpinan Ali Masykur dan Yenny Wahid.
"Satu-satunya ketua umum yang dipecat Gus Dur tidak melawan hanya saya, bahkan setelah saya serahkan, kemudian kepemimpinan diambil alih oleh Ali Masykur sebagai Wakil Ketua Umum dan Yenny sebagai Sekjen," kata Cak Imin.
"Terjadi kepemimpinan lebih kurang satu tahun, dan saya tidak ikut-ikut, saya kembali jadi salah satu ketua. Dalam proses kepemimpinan Ali Masykur dan Yenny inilah hasil kudeta terhadap saya," imbuh bakal cawapres yang mendampingi Anies Baswedan untuk Pilpres 2024 itu.
Ia mengatakan KPU saat itu memandang tak dapat melegitimasi kepemimpinan Ali saat mendaftarkan PKB sebagai peserta pemilu, dengan alasan bukan ketua umum resmi.
"Bukan Ketum, maka harus ganti Ketum supaya bisa daftar ke KPU, karena harus daftar ke KPU maka yang sah di KPU adalah tanda tangan saya sebagai Ketum dan Yenny Sekjen," katanya.
Bantahan Yenny Wahid
Di sisi lain, Yenny menegaskan sebaliknya. Dia menegaskan justru Gus Dur yang dikudeta Cak Imin lewat Muktamar Ancol pada 2008 silam.
"Muktamar Ancol kurang apa terang benderangnya? Di situ Gus Dur diganti, di situ Gus Dur dikudeta. Kok masih klaim menyatakan sebaliknya. Dan itu jelas sekali dari awal menjadi problem besar bagi kami, karena Gus Dur dilengserkan dari Ketum Dewan Syuro [PKB]," kata Yenny di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (5/9).
Yenny menegaskan proses kudeta yang dilakukan Cak Imin di Muktamar PKB Ancol bukan terjadi di belakang layar, melainkan di hadapan publik secara luas.
Ia menegaskan publik sudah dewasa ketika menyikapi klaim Cak Imin tersebut. Masih banyak pula orang yang menyaksikan dinamika politik kala itu dan masih hidup saat ini.
"Ya ini kan terjadi bukan cuma di belakang layar, tapi Muktamar Ancol ini terjadi di depan publik. Jadi apapun terjadi di belakang layar, layar apa? Layar tancap? Jadi klaim seolah terjadi yang berbeda di belakang layar, enggak usah lihat yang di belakang layar, di depan layar saja," kata perempuan yang kerap terlihat menemani Gus Dur di istana saat tampil ke publik sebagai Presiden ke-4 RI itu.
Yenny juga membantah pernyataan bila dirinya yang justru mengudeta Cak Imin dari PKB. Yenny menyatakan dirinya kala itu dirinya bukan siapa-siapa, melainkan sekedar 'prajurit' Gus Dur. Yenny mengatakan kala itu menjadi saksi menyaksikan Gus Dur dikudeta Cak Imin.
"Gus Dur sampai mengeluarkan surat. Jadi saya rasa bukti-bukti formal ya menunjukkan bahwa memang telah terjadi pengkudetaan terhadap Gus Dur. Cak Imin boleh saja mengklaim, tapi sampai menjelang beliau wafat, bapak memang masih berwasiat, 'Cak Imin harus diganti'," kata dia.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]