Narasi “anak kampung yang meniti dari bawah” membuatnya mendapat dukungan luas ketika ia mencalonkan diri sebagai Gubernur Riau.
Harapan publik mencapai puncaknya saat Presiden Prabowo Subianto melantiknya sebagai Gubernur Riau periode 2025–2030 di Istana Negara.
Baca Juga:
Dari Saleh Djasit hingga Abdul Wahid: Korupsi Masih Bayangi Kursi Gubernur Riau
Namun perjalanan itu mendadak berubah ketika belum genap satu tahun menjabat, ia justru diciduk KPK dalam dugaan korupsi proyek di lingkungan pemerintah provinsi.
Bagi banyak warga, peristiwa ini menjadi ironi pahit karena figur yang dulu dikagumi karena kesederhanaannya kini harus mempertanggungjawabkan dugaan penyalahgunaan kekuasaan.
“Selamat buat Pak Gubernur Abdul Wahid, semoga amanah memimpin negeri ini,” tulis salah satu warganet setelah pelantikan Wahid, disertai ungkapan bahwa jabatan adalah ketentuan Tuhan.
Baca Juga:
KPK Tetapkan Gubernur Riau Abdul Wahid dan Dua Pejabat Lain sebagai Tersangka Korupsi
Kini, kalimat itu terasa getir karena roda nasib berputar cepat dari cleaning service menjadi gubernur hingga akhirnya menjadi bagian dari headline OTT.
Perjalanan hidup Abdul Wahid menjadi pengingat bahwa kekuasaan selalu membawa ujian dan integritas adalah bagian tak terpisahkan dari amanah yang diemban.
Peristiwa ini juga menjadi refleksi bagi masyarakat Riau bahwa pekerjaan besar pemberantasan korupsi masih jauh dari selesai bahkan ketika harapan sempat disandarkan pada figur yang lahir dari perjuangan kelas bawah.