WahanaNews.co, Jakarta - Eep Saefulloh Fatah, pengamat politik, memprediksi kemungkinan besar terjadinya kolaborasi antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) dalam putaran kedua Pemilihan Presiden (Pilpres).
Prediksi ini didasarkan pada situasi di mana pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, dianggap merugikan konstituen PDI-P di berbagai
Baca Juga:
Momentum Pilkada, Pengamat Politik Harap KPU Aktif Sosialisasi Nyata
“Orang bilang mana mungkin PDI-P bergabung sama PKS, iya kalau suasana kompetisinya normal-normal saja, tidak ada digebukin di mana-mana PDIP-nya,” kata Eep dalam siaran Gaspol di YouTube Kompas.com, Sabtu (3/2/2024).
Serangan-serangan yang dilakukan Prabowo-Gibran ke pemilih PDI-P itu justru dinilai menjadi dorongan bagi partai belogo banteng moncong putih untuk bergabung dengan PKS di Pilpres putaran kedua.
Sebagaimana diketahui, PDI-P mengusung paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Sedangkan PKS mengusung paslon nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Amin).
Baca Juga:
Ray Rangkuti: Pengaruh Jokowi Melemah, Prabowo Menguat di Pilkada Jakarta
Kedua partai itu juga memiliki latar belakang ideologis dan basis pendukung yang berbeda. PKS diketahui memiliki landasan ideologi Islam. Sementara, PDI-P adalah berlandaskan nasionalisme.
Namun, menurut Eep, tidak ada pihak yang bisa bertahan secara ideologis dalam suasana perkelahian politik saat ini.
“Kalau di Jawa Tengah digebukin kayak begitu, di Jawa Barat, digebukin kayak gitu, di Jawa Timur digebukin kayak begitu. Bukan daya tarik PKS-nya yang kuat, bukan daya tarik Amin ya yang kuat, tapi daya dorong mereka untuk tidak ke Prabowo-nya yang kuat.