Bila yang dicalonkan PDIP adalah Ganjar (treatment kedua), suara PDIP menjadi 36 persen, naik 16 persen. Dan apabila PDIP mencalonkan Prabowo Subianto (treatment ketiga), suara PDIP menjadi 26 persen.
"Efek Prabowo kurang lebih sama dengan Puan Maharani pada suara PDIP," ujarnya.
Baca Juga:
10 Negara Paling Dibenci di Dunia: China, AS, dan Rusia di Urutan Teratas
Sementara untuk Golkar yang memutuskan untuk mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. Saiful menilai dalam berbagai hasil survei, Airlangga belum cukup kompetitif dibanding calon-calon yang lain.
Dalam eksperimen kontrol, terdapat 9 persen responden yang akan memilih Golkar dalam pemilihan legislatif. Dalam treatment pertama, publik ditanya apabila Golkar mencalonkan Airlangga untuk menjadi presiden, partai atau calon dari partai mana yang akan responden pilih di antara partai-partai di Indonesia pada pemilu mendatang.
"Pada treatment ini, suara Golkar menjadi 15 persen atau mengalami kenaikan sekitar 6 persen dibanding pertanyaan kontrol," lanjut Saiful.
Baca Juga:
Survei Bank Indonesia: Konsumen Yakin Kondisi Ekonomi Tetap Kuat
Selanjutnya, apabila yang dicalonkan Golkar adalah Ganjar (treatment kedua), suara Golkar menjadi 21 persen atau naik 12 persen. Dan apabila Golkar mencalonkan Erick Thohir (treatment ketiga), suara Golkar menjadi 11 persen.
"Jadi tidak mengalami perubahan secara signifikan. Sehingga dari nama-nama yang potensial diusung oleh partai Golkar sebagai presiden tersebut, yang memiliki efek paling kuat menaikkan suara Golkar adalah Ganjar," ujar Saiful.
Sementara untuk Golkar yang memutuskan untuk mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. Saiful menilai dalam berbagai hasil survei, Airlangga belum cukup kompetitif dibanding calon-calon yang lain. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.