WAHANANEWS.CO, Kupang - Kasus kematian Prada Lucky Namo terus menjadi sorotan publik, tidak hanya karena tindakan kekerasan yang menewaskannya, tetapi juga karena beredarnya isu penyimpangan seksual yang disebut keluarga sebagai fitnah.
Isu ini memicu kesedihan mendalam keluarga korban, terutama sang ibu, Sepriana Paulina Mirpey, yang bahkan berlutut di hadapan Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto untuk memohon agar fitnah tersebut dihentikan.
Baca Juga:
Perwira Danton Jadi Tersangka Kasus Kematian Prada Lucky, TNI AD Pastikan Proses Hukum Jalan Terus
Sepriana mengungkapkan bahwa putranya gugur bukan di medan perang, melainkan akibat ulah oknum tak bertanggung jawab di satuannya.
Ia menegaskan rela kehilangan anak jika tewas saat bertugas membela negara, namun kematian Lucky terjadi akibat penyiksaan oleh senior di Batalyon Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere, Nagekeo, NTT.
Dalam pernyataannya, Sepriana memohon keadilan kepada Pangdam, Panglima TNI, hingga Presiden, agar semua pelaku diproses tanpa pandang bulu.
Baca Juga:
Perwira TNI Jadi Tersangka Tewasnya Prada Lucky, Kadispenad: Sengaja Izinkan Kekerasan
Ia juga mengaku diputus kontak dengan anaknya sebelum mengetahui kondisinya yang sudah koma.
Kakak korban, Lusi Namo, dengan tegas menyebut tuduhan penyimpangan seksual sebagai fitnah untuk menutupi kekejaman para pelaku.
Menurutnya, Lucky adalah pria normal yang bergaul dengan siapa saja, dan isu tersebut tidak memiliki bukti.
Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto menyatakan sebanyak 20 orang telah ditetapkan sebagai tersangka, termasuk satu perwira, dan akan diproses hukum lebih lanjut.
Ia adalah lulusan Akademi Militer 1991 yang menjabat Pangdam sejak Maret 2025, sebelumnya berkarier di berbagai posisi strategis di TNI.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menegaskan kematian Lucky bukan karena motif penyimpangan seksual.
Menurutnya, insiden ini bermula dari kegiatan pembinaan prajurit, meskipun proses tersebut justru berujung hilangnya nyawa Prada Lucky.
Ia menambahkan, pembinaan melibatkan beberapa prajurit lain pada waktu berbeda, dan pemeriksaan masih dilakukan untuk mendalami peran masing-masing tersangka.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]