Timothy mengakui polarisasi saat masih ada meskipun Prabowo dan Gerindra sudah bergabung dengan koalisi pemerintahan Jokowi. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena ada aktor intelektualnya dengan memainkan isu-isu SARA.
“Banyak yang bilang kan mereka berdua sudah bersatu, pak Prabowo dan Gerindra sudah bergabung ke pemerintahan pak Jokowi, tetapi kok polarisasi masih tetap ada tuh. Ya karena aktor intelektual yang menyebabkan kita terbelah itu bukan pak Jokowi atau pak Prabowo, tetapi kelompok-kelompok tertentu yang seringkali menggunakan isu-isu primordial atau SARA dalam politik praktis,” tegasnya.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
Timothy menilai kelompok tersebut adalah kelompok intoleran yang memainkan politik identitas sehingga membuat masyarakat terpolarisasi. Dia menganalogikan kelompok tersebut sebagai jin-jin politik identitas yang tidak boleh diberikan panggung.
“Mungkin ada beberapa hal juga yang bisa saya sampaikan, kita tahu pada Pilpres 2014, Pilkada 2017, dan puncaknya Pilpres 2019 mereka (kelompok intoleran) ini kerap membuat isu SARA hingga hoax, bahkan menunggangi salah satu capres saat itu,” tuturnya.
“Maaf kata saya harus bilang, istilahnya jin-jin politik identitas ini harus kita masukkin dulu ke dalam botol agar mereka tidak punya ruang dan tidak diberikan panggung lagi. Kalau sudah begitu, saya yakin 2024 nanti tensi politik Tanah Air akan damai, sehingga Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera dapat terwujud,” kata Timothy. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.