WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kematian tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo terus mengundang sorotan publik setelah fakta baru terungkap dari kesaksian sang kakak.
Novilda Lusiana Hetinina Namo atau Lusi, kakak Prada Lucky, membenarkan bahwa adiknya kerap mendapat perlakuan kekerasan dari para seniornya jauh sebelum kejadian yang merenggut nyawanya.
Baca Juga:
Ibu Prada Lucky Berlutut ke Pangdam, Minta Fitnah Penyimpangan Seksual Dihentikan
Menurut Lusi, Prada Lucky sudah dipukuli para seniornya bahkan sebelum ia memutuskan kabur.
Ia menjelaskan bahwa setiap pergantian piket, Lucky selalu menjadi sasaran penganiayaan.
Bahkan sebulan sebelum insiden, Lucky sempat curhat melalui telepon bahwa dirinya dipukul oleh seniornya.
Baca Juga:
Kasus Tewasnya Prada Lucky, Brigjen Wahyu: Perwira yang Izinkan Kekerasan Akan Dijerat Hukum
"Dia cerita saya satu kalimat, dia curhat sekitar bulan lalu, melalui telepon," kata Lusi.
Saat itu Lucky mengaku sedang sakit, namun tetap bekerja.
"Dia bilang 'Lusi saya ada sakit', saya bilang 'Su minum obat?', dia bilang 'Belum Lusi, saya masih kerja'," tutur Lusi.
Lucky juga menceritakan alasan pemukulan yang dialaminya, yakni karena para senior menduga dirinya kelelahan saat memasak.
"'Senior pikir saya capek kerja'," ucap Lusi menirukan perkataan adiknya.
Lucky diketahui bertugas di bagian dapur dan biasa bangun pukul 03.00 Wita untuk menyiapkan makanan.
"Dia bilang bangun jam 03.00 Wita, pasti drop juga, saya bilang 'ke rumah sakit dulu atau ke kesehatan di Batalyon', dia bilang 'Iya Lusi nanti saya pergi'," ujarnya.
Lusi mengatakan adiknya bukan tipe orang yang banyak bicara soal keluhan, sehingga curhatan tersebut menjadi hal langka.
"Dia anaknya tidak banyak omong, kebanyakan dia simpan keluh kesah sendiri, tapi waktu itu mungkin dia tidak tahan jadi curhat saya," jelas Lusi.
Bahkan Lucky sempat marah kepada Lusi karena ia menceritakan masalah tersebut kepada sang ibu.
"Dia sempat marah saya karena kasih tahu mamah, katanya nanti mamah banyak pikiran, habis itu dia tidak cerita saya lagi," tambahnya.
Lusi juga membantah tudingan bahwa aksi kekerasan terjadi karena adiknya melakukan penyimpangan seksual.
"Yang saya kenal, saya punya adik dari kecil sampai sekarang, dia punya pergaulan itu normal, pergaulannya luas malah lebih dari saya," tegasnya.
Prada Lucky tercatat sebagai anggota TNI yang bertugas di Batalyon Yonif Teritorial Pembangunan/834 Wakanga Mere (Yonif TP/834/WM).
Ia meninggal dunia pada Rabu (6/8/2025) di RSUD Aeramo setelah disiksa oleh seniornya.
Saat ini empat anggota TNI ditetapkan sebagai tersangka, yaitu Pratu AA, Pratu EDA, Pratu PNBS, dan Pratu ARR.
Sementara itu, 16 anggota TNI lainnya masih menjalani pemeriksaan oleh tim penyidik.
"Saat ini dari sejumlah personel yang diperiksa baik terduga pelaku maupun saksi-saksi, sementara oleh penyidik Pomdam IX/Udayana sudah ditetapkan empat tersangka dan dilaksanakan penahanan di Subdenpom IX/1-1 di Ende," kata Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, Minggu (10/8/2025).
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]