WahanaNews.co, Jakarta - Ahmad Khoirul Umam, dosen Ilmu Politik dan International Studies di Universitas Paramadina, mengatakan bahwa Prabowo Subianto akan menghadapi kesulitan jika tidak bermitra dengan seorang tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) sebagai calon wakil presiden potensial.
Menurut Umam, situasi tersebut akan menjadi masalah jika Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) serta PDI-P mempertimbangkan peran NU dalam menentukan calon wakil presiden mereka.
Baca Juga:
Prabowo Paparkan RAPBN 2026: Delapan Agenda Utama untuk Indonesia Mandiri dan Sejahtera
Dengan demikian, Koalisi pendukung Prabowo perlu melakukan peninjauan ulang secara menyeluruh terhadap strategi pemilihan calon wakil presiden mereka.
“Sebab, jika Prabowo tidak menggandeng tokoh Nahdliyin, maka mesin pencapresan Prabowo akan kerepotan mengkonsolidasikan basis jaringan Nahdliyin untuk berpihak kepadanya,” ujar Umam, mengutip Kompas, Kamis (19/10/2023).
Adapun sejauh ini, KPP telah memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres Anies Baswedan.
Baca Juga:
Prabowo Ungkap Keuntungan Belanda Saat jajah RI, Jadi Negara Terkaya di Dunia
Sementara, PDI-P dan PPP telah menunjuk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD pendamping Ganjar Pranowo.
Baik Muhaimin maupun Mahfud dipandang sebagai representasi kaum santri dan warga Nahdliyin.
Menurut Umam, kehadiran Mahfud dalam gelanggang pertarungan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 memecah basis kekuatan politik NU.