WahanaNews.co, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri, kembali membujuk agar Menteri Keuangan Sri Mulyani mengundurkan diri dari Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pernyataan tersebut kali ini disampaikan oleh Faisal dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024 di Jakarta, belum lama ini.
Baca Juga:
Faisal Basri Ekonom Senior Meninggal Dunia
"Kita harus berusaha. Saya mengajak rekan-rekan, terutama para senior, untuk mempengaruhi Sri Mulyani agar mengundurkan diri," ujar Faisal, mengutip CNN Indonesia.
Faisal menyatakan bahwa saat ini ekonomi Indonesia masih mengalami ketidakpastian, yang berpotensi mempengaruhi penurunan nilai tukar rupiah.
Selain itu, ia mencatat adanya dugaan bahwa Jokowi cenderung mendukung salah satu pasangan calon pada Pemilihan Presiden. Faisal juga menilai bahwa penggunaan kekuasaan oleh Jokowi dianggap tidak tepat.
Baca Juga:
Ekonom Faisal Basri Yakin Prabowo Lanjutkan IKN, Tapi Tak Semasif Era Jokowi
"Itu bahaya, mempercepat pembusukan itu. Oleh karena itu, ada risiko macam-macam. Kalau saya gak suka yang rusuh-rusuh. Oleh karena itu, saya berdoa agar menteri-menteri terutama Sri Mulyani mundur," ujarnya.
Menurutnya, jika Sri Mulyani mundur, hal itu bakal memberikan efek besar pada Jokowi. Secara tidak langsung, hal itu juga ikut mendorong menteri-menteri lain mundur.
Alhasil, kata Faisal, Jokowi bisa sadar bahwa yang ia lakukan tidak benar. Bahkan, Faisal menduga Jokowi pun bisa saja akhirnya mundur dari posisi orang nomor satu di Indonesia.
"Istilah teman-teman saya purnawirawan TNI itu, Bu Sri Mulyani itu separuh nyawa Pak Jokowi. Kalau Sri Mulyani hilang, klepek-klepek, Pak Jokowi-nya sadar gitu. 'Dari pada saya perang puputan, sudah saya menyerah saja. Damai, saya nyerah'," tutur Faisal seraya mengibaratkan pemikiran Jokowi tatkala para menteri mundur.
Lebih lanjut, Faisal mengatakan saat Jokowi mundur, maka Wakil Presiden Ma'ruf Amin bakal ditunjuk jadi presiden. Ia pun yakin jika Ma'ruf jadi presiden kabinet pun bakal ditata ulang.
"Langsung reshuffle kabinet, Bahlil (menteri investasi) diganti, Luhut (menko marves) diganti, yang begundal-begundal diganti. Moeldoko (kepala staf kepresidenan) diganti. Sri Mulyani diangkat kembali," kata Faisal.
Kendati, Faisal mengakui bahwa skenarionya memang tak akan semudah itu. Pergejolakan politik pasti terjadi. Namun, menurut Faisal setelah itu keadaan akan jauh lebih baik.
"Mudah-mudahan bisa kayak zaman Pak Harto, setelah 15 menteri mundur, beberapa hari kemudian Pak Harto mundur," sambungnya.
Faisal sebelumnya juga pernah mengatakan Sri Mulyani dan menteri lainnya mulai tak nyaman dengan Jokowi.
Hal itu tak terlepas dari kekecewaan terhadap kebijakan pemerintahan Jokowi yang dianggap merugikan masyarakat. Selain itu, dugaan keberpihakan Jokowi pada pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 juga menjadi alasan.
Salah satu yang disorot Faisal adalah masalah utang. Menurut Faisal, di bawah Jokowi, utang Indonesia sudah menembus sekitar Rp8 kuadriliun atau Rp 8.000 triliun. Pasalnya, pemerintah membangun banyak hal tanpa mau kerja keras meningkatkan pendapatan.
Ia memperkirakan apabila dilanjutkan Prabowo, utang RI bisa bengkak menjadi dua kali lipat alias Rp16 ribu triliun. Utang-utang tersebut akan ditanggung oleh generasi muda.
Terkait hal ini, Faisal mengklaim mendengar kabar bahwa Sri Mulyani paling siap mundur dari Kabinet Indonesia Maju.
"Ayo sama-sama kita bujuk Bu Sri Mulyani (menteri keuangan), Pak Basuki (menteri PUPR Basuki Hadimuljono), dan beberapa menteri lagi untuk mundur. Itu efeknya dahsyat. Secara moral, saya dengar Bu Sri Mulyani paling siap untuk mundur. Pramono Anung (sekretaris kabinet) sudah gagap. Kan PDI (PDI Perjuangan) belain Jokowi terus, pusing," klaim Faisal.
Faisal pun mengatakan keadaan sekarang seolah menjadi momentum yang tepat untuk para menteri mundur.
"Katanya nunggu momentum, mudah-mudahan momentum ini segera insyaallah jadi pemicu yang dahsyat, seperti Pak Ginandjar (Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Ginandjar Kartasasmita) dan 13 menteri lainnya mundur di zaman Pak Harto (Presiden Soeharto)," sambungnya.
Namun, Sri Mulyani sendiri tak pernah mengiyakan atau membantah isu itu. Kata dia selama ini dirinya hanya bekerja saja.
"Saya bekerja, saya bekerja, oke makasih," kata Sri Mulyani singkat ketika ditanya soal pengunduran dirinya di Istana Negara, Jumat (19/1/2024) lalu.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]