WahanaNews.co | Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, menyebutkan radikalisme tumbuh subur jika rakyat merasa ditinggalkan oleh penguasa alias pemerintah.
Hal itu disampaikan Prabowo saat memberikan pidato dalam Dialog The 17th International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue 2021, Sabtu (20/11).
Baca Juga:
3 Terduga Teroris Ditangkap, Polisi: Barbuk yang Diamankan Senapan PCP dan 105 Butir Amunisi
Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan menjalin hubungan baik dengan negara di Timur Tengah dalam sektor kontraterorisme.
"Saya percaya bahwa ekstremisme, dan radikalisme akan tumbuh subur ketika ada kemiskinan, ketika ada ketidaksetaraan, ketidakadilan. Ketika rakyat kehilangan harapan, ketika warga miskin tidak mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, ketika mereka merasa ditinggalkan oleh yang berkuasa, ini adalah lahan subur bagi radikalisme, dan ekstremisme," kata Prabowo dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/11).
Mantan Pangkostrad ini mengatakan bahwa Indonesia saat ini tengah berupaya agar hal-hal yang menyuburkan ekstremisme tidak tumbuh subur di Indonesia.
Baca Juga:
Densus 88 Ringkus Lima Terduga Teroris di Tiga Tempat
Menurutnya, diperlukan keadilan, sistem demokrasi yang nyata, akuntabilitas para pemimpin dan perlakuan yang sama di mata hukum untuk menghindari pemikiran radikalisme itu berkembang di tengah masyarakat.
"Semua faktor ini akan membuat para penyebar paham ekstremis dan radikal tidak relevan. Ini adalah keyakinan saya," ucap Prabowo.
Di lain sisi, kata dia, pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap peristiwa dan perkembangan situasi keamanan di Timur Tengah.
Menurutnya, Indonesia menginginkan perdamaian dan kemakmuran di sana.
Prabowo menuturkan, komunikasi dengan negara Timur Tengah akan terus di jaga lantaran banyak kelompok garis keras di Indonesia yang dipengaruhi oleh kelompok dari Timur Tengah.
Misalnya, seperti hubungan antara Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah. Dan antara ISIS dan afiliasinya di Indonesia, Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Kami memantau dengan sangat cermat, dan kami menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan di Timur Tengah di sektor kontraterorisme. Secara umum, kami terus mengawasi komplikasi keamanan regional," ujarnya.
Indonesia hingga saat ini masih terus berkutat menangani masalah terorisme.
Sejumlah kelompok dituding jadi pelaku teror, dari mulai Jamaah Ansharut Daulah, Mujahidin Indonesia Timur, Jamaah Ansharut Tauhid, hingga Jamaah Islamiyah (JI).
Kelompok terakhir adalah kelompok lama yang hingga kini ditengarai masih jadi dalang teror.
Terbaru Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri meringkus tiga orang terkait dengan JI.
Mereka adalah Farid Ahmad Okbah merupakan Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI), Ahmad Zain An-Najah yang pernah jadi pengurus Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Anung Al-Hamat.
International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue adalah forum bagi para menteri, pakar, tokoh pembentuk opini, dan komunitas sebagai wadah pertahanan keamanan paling mendesak yang terjadi di Timur Tengah dan telah dilaksanakan sejak tahun 2004.
Tahun ini Forum Dialog Internasional ini mengambil tema "Multilateralisme dan Timur Tengah".
Forum ini menjadi satu momen penting bagi para pembuat kebijakan maupun pemimpin dari seluruh Timur Tengah, Amerika Utara, Amerika Utara, Afrika, dan Asia untuk berdialog dalam upaya menemukan jawaban atas masalah kebijakan paling mendesak kawasan ini. [rin]