Sharazani menyebut pada awal deklarasi, pada 3 Oktober, sentimen positif terhadap partai NasDem sangat tinggi yaitu 27,5% atau meningkat dari sebelumnya 17,7%. Akan tetapi pada keesokan harinya sentimen negatifnya juga meningkat dari sebelumnya 11,7% menjadi 16,1%.
"Kendati pada hari pelaksanaan deklarasi (3 Oktober 2022) sentimen positif dan engagement terhadap Partai NasDem sangat tinggi, namun ditemukan kecenderungan (trend) pada hari-hari selanjutnya sentimen positif tersebut terus menurun sementara sentimen negatifnya terus meningkat," ujar Sharazani, dalam konferensi pers virtual, Jumat (7/10/2022).
Baca Juga:
Pakar Sarankan PDIP Tak Usung Anies Baswedan untuk Pilkada Jakarta, Ini Alasannya
Ia mengatakan, pada umumnya sentimen negatif terhadap Partai NasDem berkaitan dengan kekecewaan para kader partai tersebut yang memutuskan mencapreskan Anies.
Sementara itu elektabilitas Partai NasDem jika dibandingkan dengan perolehan suara mereka pada Pemilu 2019 mengalami penurunan drastis. Pada Pemilu 2019 Partai NasDem memperoleh suara nasional sebesar 9,05%, dalam survei PWS Oktober 2022 ini elektabilitas Partai NasDem hanya 3,9%.
Pasca deklarasi, banyak pemilih Partai NasDem pada Pemilu 2019 menyatakan keluar atau tidak akan memilih partai tersebut pada Pemilu 2024 nanti.
Baca Juga:
Babinsa Terus Motivasi Petani Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan
"Jika sentimen negatif terhadap Partai NasDem terus naik bukan tidak mungkin suara partai tersebut akan merosot pada Pemilu 2024 nanti karena ditinggal oleh para pemilih tradisionalnya," ujarnya.
"Sementara dukungan dari para simpatisan Anies juga sulit diharapkan mengingat mereka di masa lalu pernah "mengharamkan diri" untuk memilih Partai NasDem," Sharazani.
Sharazani menilai meskipun sentimen positif terhadap Anies pasca dideklarasikan sebagai capres oleh NasDem meningkat, akan tetapi sentimen negatif terhadap Nanies juga tetap ada. Terutama terkait isu dugaan korupsi formula E hingga penanganan banjir DKI Jakarta.