WahanaNews.co, Jakarta - Indonesia pernah menolak usulan AS mendirikan pangkalan militer berisi F-35 USAF di wilayah NKRI.
Indonesia tak bisa melakukan demikian karena kehadiran pangkalan militer asing dilarang di Undang-Undang mesti AS menjanjikan penempatan F-35 serta pembom strategis B-52.
Baca Juga:
Korut Tembakkan Dua rudal Saat Kapal Selam AS tiba di Korsel
Indonesia tak mau wilayah kedaulatannya digunakan sebagai pangkalan militer F-35 AS untuk menyulut api peperangan di Indo Pasifik.
AS sangat memerlukan pangkalan militer untuk menerbangkan F-35 langsung ke Indo Pasifik. Natuna dan Sumatera Utara menjadi wilayah paling menguntungkan bagi AS menempatkan F-35 nya.
Selain itu ada kesempatan bagi B-52 ikutan nimbrung di pangkalan yang sama dengan F-35.
Baca Juga:
Mengenal Andrey Troshev Calon Bos Tentara Bayaran Wagner Group
F-35 dan B-52 jika terbang bersama menjalankan misi tempur semua fighter China di Indo Pasifik otomatis ngumpet.
Keberadaan F-35 dan B-52 inilah yang menyebabkan China menunda serangan ke Taiwan.
"Keunggulan AS dan NATO di udara bisa dibilang menjadi alasan utama mengapa Tiongkok belum mengambil tindakan terhadap Taiwan dan Rusia belum berusaha melakukan ekspansi lebih jauh ke Eropa Timur dan mengancam stabilitas NATO. Ada satu alasan yang jelas dan jelas mengenai hal ini: dimulainya era F-35," jelas Warrior Maven, seperti dilansir dari zonajakarta, Minggu (10/3/2024).
AS berencana membuat benua Eropa dan Asia penuh sesak dengan F-35. Hal ini menjadi strategi militer sekaligus bisnis menguntungkan bagi AS.
Dengan keberadaan F-35, AS bisa mengkonsolidasikan kekuatan gabungan negara pemakai untuk melawan China dan Rusia.
Selain itu mereka juga mendapat keuntungan materil dari penjualan sekaligus perawatan F-35 dalam jumlah banyak.
Beruntung bagi AS, punya teknologi canggih yang dimanfaatkan secara benar untuk mendapat cuan besar.
"Baik Tiongkok maupun Rusia tidak memiliki kapasitas generasi ke-5 yang diluncurkan melalui laut dengan cara yang berdampak besar, dan armada J-20 Tiongkok terbatas pada kemampuan lepas landas di darat.
Oleh karena itu, bahkan dengan melihat sekilas keseimbangan kekuatan global akan menunjukkan bahwa AS dan NATO tidak dapat ditantang melalui udara, sebuah keadaan yang kemungkinan besar bertanggung jawab untuk mencegah konflik besar dalam beberapa tahun terakhir dan meningkatkan stabilitas global," jelasnya.
Kini setelah ditolak oleh Indonesia, AS mencoba mencari alternatif lain. Mereka tetap pada agenda mendirikan pangkalan militernya di wilayah Asia Tenggara.
Ialah sahabat presiden Indonesia, Sultan Hassanal Bolkiah yang dipepet oleh AS. Sultan Hassanal Bolkiah sudah akrab dengan deretan presiden Indonesia mulai dari zaman Soeharto hingga Jokowi saat ini.
Pada 1 Maret USAF mengirim dua unit F-35 ke Rimba AFB, markas utama AU Brunei.
"Lokasi geografis Brunei memberikan keuntungan strategis bagi USAF dalam mengerahkan kekuatan di seluruh Asia Pasifik. Sultan Hassanal Bolkiah sebetulnya enggan jual murah Bung Tomo class hingga buat AL Brunei Darussalam menyesal saat ini,”
Sultan Hassanal Bolkiah sebetulnya enggan jual murah Bung Tomo class hingga buat AL Brunei Darussalam menyesal saat ini. Lalu keberadaan F35 di perbatasan Brunei untuk menunjukkan keinginan kuat untuk itu," jelas Bulgarian Military.
Apa yang dilakukan AS di Brunei sebenarnya sudah diprediksi Indonesia, tinggal bagaimana negara tetangga itu menanggapi penempatan F-35 di sana.
[Redaktur: Alpredo Gultom]