WahanaNews.co, Jakarta - Hasil Survei Litbang Kompas mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo memiliki kemampuan untuk memengaruhi hampir 50 persen pemilih PDIP agar memilih calon presiden tertentu dalam Pilpres 2024.
Sejumlah ahli politik menganggap temuan ini sebagai peringatan serius bagi PDIP dan Ganjar Pranowo.
Baca Juga:
Ayah Pidato Di Bloomberg, Anak Hadiri Forum G20
Survei tersebut menyatakan bahwa PDIP adalah partai yang paling bergantung pada efek Jokowi. Sebanyak 41,1 persen pemilih PDIP mengatakan mereka akan memilih calon presiden yang didukung oleh Jokowi.
Selain itu, survei Litbang Kompas juga menemukan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi memiliki dampak langsung pada dukungan terhadap PDIP. Semakin tinggi kinerja Jokowi di mata publik, maka dukungan terhadap PDIP juga akan semakin meningkat.
Dalam konteks yang sama, survei ini juga menyoroti preferensi pemilih Jokowi dalam mendukung calon presiden. Pemilih Jokowi cenderung mendukung Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Baca Juga:
Soal Sidang KIP terkait Ijazah Jokowi, UGM Buka Suara
Sebanyak 26,2 persen pemilih Jokowi menyatakan dukungannya untuk Prabowo, yang mengalami peningkatan dari angka 21 persen bulan sebelumnya.
Di sisi lain, 56,3 persen pemilih Jokowi cenderung mendukung Ganjar, namun angka ini mengalami penurunan dari angka 61 persen bulan sebelumnya.
Jamiluddin Ritonga, seorang pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, menyatakan bahwa Jokowi dapat mengalihkan dukungan yang signifikan dari PDIP ke calon presiden pilihannya.
Menurut Ritonga, PDIP perlu berhati-hati menghadapi ancaman ini, dan Ganjar Pranowo juga tidak terlepas dari risiko tersebut.
"Wajar kalau misalnya Ganjar dalam lampu kuning kalau tidak bisa menjaga hubungan dengan Pak Jokowi, termasuk juga PDIP," kata Jamiluddi, mengutip CNNIndonesia, Jumat (25/5/2023).
Dia berpendapat bahwa elektabilitas PDIP berisiko terganggu jika "berlawanan" dengan Jokowi.
PDIP dan Ganjar perlu menjaga hubungan yang baik dengan Jokowi agar sejumlah suara tidak beralih ke kandidat presiden lain.
Menurut Jamiluddin, kehadiran Jokowi dalam kampanye Ganjar bukanlah cukup. Ini dianggap oleh publik sebagai kewajiban Jokowi sebagai anggota partai. Menurutnya, publik masih menganggap bahwa sikap Jokowi terhadap calon presiden masih ambigu.
"Dengan ketidakjelasan tersebut, orang mungkin melihat bahwa Pak Jokowi lebih berpihak pada Pak Prabowo daripada Ganjar. Untuk mengubah pandangan ini, Pak Jokowi perlu dengan tegas menyatakan dukungan untuk Ganjar pada suatu waktu," ungkapnya.
Dalam konteks yang berbeda, Pangi Syarwi Chaniago, seorang Analis Politik dari Voxpol Center Research and Consulting, mengungkapkan bahwa pengaruh Jokowi memiliki dampak besar dalam menentukan calon presiden 2024.
Berdasarkan survei Voxpol pada November yang lalu, Jokowi memiliki kemampuan untuk memengaruhi 25 persen pemilih untuk mendukung calon presiden tertentu.
"Mereka akan tegak lurus memilih pilihan Pak Jokowi. Kalau besok mereka mengatakan pilihannya Pak Prabowo, berarti PDIP bisa goyang," ucap Pangi.
Meski demikian, Pangi berkata ada kemungkinan PDIP selamat dari dampak signifikan. Hal itu disebabkan PDIP masih punya pengikut loyal dalam jumlah besar.
Dia menyebut PDIP adalah partai dengan identitas kepartaian paling kuat di Indonesia. Dengan demikian, pengikutnya akan memilih siapa pun capres yang diusung PDIP tanpa melihat sosok kandidat tersebut.
Selain itu, survei Voxpol memotret pemilih Jokowi pun sebagian besar masih mendukung Ganjar. Sebanyak 32,1 persen pemilih Jokowi mendukung Ganjar.
Ada 22,3 persen pendukung Jokowi memilih Anies Baswedan. Lalu ada 18,7 persen pendukung Jokowi yang memilih Prabowo.
"Party-ID PDIP besar, di atas 16 persen. Orang memilih Ganjar di PDIP itu bukan person, tetapi karena partainya," pungkasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]