WahanaNews.co, Jakarta - Beberapa waktu Lalu, Capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo mencuri perhatian publik, lantaran dianggap telah melakukan blunder.
Blunder tersebut terjadi saat ia tampil di acara "3 Bacapres Bicara Gagasan" yang digelar Universitas Gadjah Mada (UGM) dan dipandu Najwa Shihab jelang akhir 2023 lalu.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Kerja Sama dalam Pemerintahan Pasca Pilpres 2024
Saat berbicara mengenai penyerapan tenaga kerja, politikus PDI perjuangan itu menyinggung mengenai lulusan terbaik dari berbagai perguruan tinggi.
Seakan ingin bercanda, Ganjar menyebutkan kalau 10 lulusan terbaik dari perguruan tinggi bukan berprofesi sebagai master of ceremony (MC).
Pernyataan itu seolah-olah dilontarkan untuk Najwa Shihab dengan maksud bercanda, namun direspons dengan serius oleh putri ulama Quraish Shihab itu.
Baca Juga:
Ganjar Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Itu Kritikus
“Siapa MC Mas? Saya jurnalis bukan MC,” ujar Najwa dengan mimik wajah serius.
“Bukan ya? Jurnalis lah kalau begitu,” balas Ganjar.
Lalu Najwa menegaskan pada Ganjar kalau jurnalis adalah sebuah profesi yang baik dan membanggakan.
“Loh iya, maksud saya kalau tidak lulusan 10 terbaik. Kalau kemudian 10 lulusan terbaik sebuah harapan bahwa dia kembali ke kampus untuk mengajarkan ilmunya. Itu saja sebetulnya,” ujar Ganjar mencoba meluruskan maksudnya.
Pernyataan Ganjar ini pun sontak viral di media sosial. Publik menilai Ganjar telah melakukan blunder karena dianggap meremehkan profesi MC dan jurnalis.
Namun, Najwa Shihab gercep meluruskan pernyataan Ganjar.
Menurut Najwa, konteks pembicaraan Ganjar mengarah pada pentingnya dunia pendidikan diisi oleh orang-orang baik dan yang terbaik.
Tujuannya, demi meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, sehingga Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia semakin meningkat.
"Maksud Pernyataan Ganjar Pranowo tentang pentingnya institusi pendidikan mendapatkan orang-orang terbaik," jelas dia.
Najwa menilai, konteks pernyataan Ganjar adalah sebuah saran agar lulusan terbaik di kampus bisa bekerja sebagai dosen, bukan bidang lainnya.
Namun menurut Najwa, profesi sebagai jurnalis juga dirasa layak untuk dipilih oleh para lulusan terbaik di kampus sebab tugas seorang jurnalis tidak kalah hebatnya dari dosen.
"Tugas jurnalis kan menjernihkan apa yang mungkin masih abu-abu. Maka saya katakan bahwa profesi jurnalis itu membanggakan (bukan tersinggung)," jelas Najwa.
Dia meyakini, semua profesi yang bertujuan baik memiliki perannya masing-masing. Utamanya, siapa pun yang mengisi profesi bidang-bidang tersebut penting diisi oleh mereka yang terbaik.
"Yang penting kita semua sepakat, tiap profesi, baik jurnalis, MC, politikus, guru dan dosen, juga profesi lain, punya peran pentingnya masing-masing. Dan di tiap-tiap profesi, sangat dibutuhkan orang-orang terbaik," ujar Najwa.
Najwa berharap, polemik publik segera surut. Dia pun meminta publik bisa lebih jernih dalam melihat isi dari dialog antara dirinya dan Ganjar secara utuh dan bukan sekedar potongan yang dibumbui kontroversi.
"Saya senang dengan antusiasme publik terhadap berbagai isi dialog kemarin, tapi juga berharap publik jangan terjebak hanya fokus ke potongan-potongan detil dan kontroversial dari percakapan. Tapi sesuai tujuan awal acara ini diadakan, bisa melihat secara utuh gagasan -gagasan atau visi programatik dari tiap capres," jelas Najwa.
4 Blunder
Terlepas dari klarifikasi Najwa, berdasarkan data Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, tercatat sedikitnya ada 4 blunder yang pernah dilakukan Ganjar.
Dalam paparannya, peneliti LSI Denny JA, Hanggoro Doso Pamungkas mengungkapkan empat blunder Ganjar Pranowo, yakni:
Pertama, dalam podcast yang dipandu oleh Deddy Corbuzier, Ganjar pernah mengaku senang menonton video porno.
Menurut Hanggoro, akibat pernyataan itu, dalam jajak pendapat LSI Denny JA, 86,1 persen responden menilai seorang capres tak wajar jika suka menonton video porno.
Lalu blunder kedua yang berdampak pada elektabilitas Ganjar adalah ketika PDI Perjuangan menyatakan kalau capres yang mereka usung adalah petugas partai.
Lagi-lagi, hal ini memengaruhi para responden dalam jajak pendapat LSI Denny JA, dimana 69,9 persen menyatakan tak setuju jika presiden dianggap sebagai petugas partai.
Blunder ketika, yakni ketika Ganjar menyatakan ketidaksetujuannya mengenai kehadiran Timnas Israel dalam Piala Dunia U-20.
Akibat pernyataan itu, Ganjar dianggap sebagai sosok yang berperan dalam pembatalan ajang olahraga bergengsi itu di Indonesia.
Terakhir, Ganjar dianggap bliunder ketika tiba-tiba menghubungi PJ Gubernur DKI Jakarta terkait keluhan warga di Jakarta Utara.
Setelah peristiwa itu, dalam jajak pendapat yang dilakukan LSI Denny JA, 74,7 persen responden menyatakan tindakan Ganjar tersebut tidak pantas.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]