WahanaNews.co | Partai Gerindra tampaknya menuai hasil buruk di
Pilkada 2020.
Hanya Gerindra yang kini belum merilis
hasil resmi raihan partainya dalam
Pilkada 2020 ini. Namun dari gambaran hasil quick count (hitung cepat),
jagoan Gerindra banyak keok.
Baca Juga:
Bawaslu Kota Gunungsitoli Buka Rekrutmen Panwaslucam di Pilkada 2024, Ini Syaratnya
Sebut saja di Pilgub Sumbar, pasangan Nasrul Abit - Indra
Catri tertinggal dari jagoan PKS,
Mahyeldi - Audy.
Pun di Tangerang Selatan, keponakan Prabowo, Rahayu
Saraswati, yang menjadi Calon Wakil Wali Kota, juga
keok.
Belum lagi di Kalsel, Denny - Difriadi
masih sengit dengan Sahbirin Noor - Muhidin. Di Kalsel memang Gerindra memiliki kursi
kedua terbanyak di DPRD, setelah
Golkar dengan raihan 8 kursi.
Baca Juga:
KPU Bakal Tetap Pakai Sirekap di Pilkada 2024
Di Pilwalkot Surabaya, jagoan Gerindra, Machfud Arifin - Mujiaman, juga kalah dari jagoan PDIP, Eri Cahyadi - Armuji.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Adi
Prayitno, berpandangan, kekalahan Gerindra di banyak daerah
merupakan bagian dari dinamika elektoral di daerah. Sebab, di daerah yang
menjadi basisnya, Gerindra juga takluk.
Selain itu, Adi menilai, ada juga efek dari perpindahan
haluan politik Gerindra pasca-Pilpres, yang berbalik mendukung Jokowi - Ma'ruf Amin.
"Tetapi, yang
paling mungkin, kan agak sedikit pasti, sejak Gerindra berkoalisi dengan pemerintah. Itu bagi
pemilih tradisional. Bagi pemilih-pemilih yang baru mengidentifikasi ke
Gerindra, itu menjadi pukulan bagi mereka," kata Adi, saat dimintai tanggapan, Jumat (11/12/2020).
Sebab, lanjut Adi, banyak pemilih yang dulu
mengidolakan Gerindra dan Prabowo, kini berubah karena kecewa.
"Gerindra dan Prabowo itu, karena dianggap sebagai simbol yang bisa diharapkan
menjadi penyeimbang, merupakan aktor
utama yang memberikan perimbangan kepada pemerintah," beber Direktur
Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) itu.
"Makanya kemudian setelah memutuskan berkoalisi, terus terang itu juga kan banyak membuat simpatisan, loyalisnya itu, kan menjadi" ya,
katakanlah ill-feel. Secara tidak langsung, memang publik mulai berpaling dari Gerindra sejak dari situ. Karena, suka tidak suka, itu kan membuat orang kaget juga,"
sambung dia. [qnt]