"Tetapi, yang
paling mungkin, kan agak sedikit pasti, sejak Gerindra berkoalisi dengan pemerintah. Itu bagi
pemilih tradisional. Bagi pemilih-pemilih yang baru mengidentifikasi ke
Gerindra, itu menjadi pukulan bagi mereka," kata Adi, saat dimintai tanggapan, Jumat (11/12/2020).
Sebab, lanjut Adi, banyak pemilih yang dulu
mengidolakan Gerindra dan Prabowo, kini berubah karena kecewa.
Baca Juga:
Bawaslu Kota Gunungsitoli Buka Rekrutmen Panwaslucam di Pilkada 2024, Ini Syaratnya
"Gerindra dan Prabowo itu, karena dianggap sebagai simbol yang bisa diharapkan
menjadi penyeimbang, merupakan aktor
utama yang memberikan perimbangan kepada pemerintah," beber Direktur
Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) itu.
"Makanya kemudian setelah memutuskan berkoalisi, terus terang itu juga kan banyak membuat simpatisan, loyalisnya itu, kan menjadi" ya,
katakanlah ill-feel. Secara tidak langsung, memang publik mulai berpaling dari Gerindra sejak dari situ. Karena, suka tidak suka, itu kan membuat orang kaget juga,"
sambung dia. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.