Sementara, mengenai suara Gerindra yang tak unggul di pileg, Totok menduga ini berkaitan dengan faktor ideologi partai.
Totok bilang, secara teoritik, seseorang memilih partai politik karena alasan ideologi, kesamaan pandangan, atau lainnya.
Baca Juga:
Era Baru Kendaraan Dinas, Menteri dan Eselon 1 Akan Gunakan Maung Buatan PT Pindad
Mungkin, suara yang tidak mendukung Gerindra dapat disebabkan oleh kurangnya daya tarik ideologis dari pihak mereka.
"Kemungkinan karena secara ideologis, Gerindra sudah tidak begitu menarik. Ini tidak berarti bahwa partai tersebut tidak menarik sama sekali, tetapi pemilih dari partai nasionalis lebih cenderung memilih untuk tetap setia pada partai mereka, terutama dalam konteks pemilihan presiden," jelas Totok.
Dibandingkan dengan Gerindra, pemilih dari partai nasionalis cenderung lebih memilih Partai Golkar. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan perolehan suara partai pohon beringin tersebut menurut hasil quick count.
Baca Juga:
Retreat Kabinet di Magelang Lancar, PLN Sukses Amankan Listrik Secara Berlapis
Mungkin hal ini disebabkan oleh kampanye Golkar yang lebih intensif dan berhasil mencapai efek yang lebih besar dibandingkan dengan kampanye Gerindra.
“Di antara partai partai nasionalis ini berpindahnya relatif menjadi lebih sulit karena faktor daya tarik sudah kurang. Bagi pemilih, tinggal daya tarik praktikal yang sifatnya rasional, ekonomis sehari-hari,” tutur Totok.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.