WahanaNews.co, Jakarta - Agustinus Susanto, ajudan Prabowo Subianto di tahun 1985, memaparkan pengalaman ketika ia mendampingi Prabowo dalam tugas di Timor Timur.
Dia bahkan mengungkapkan bahwa Prabowo pernah menerima tantangan satu lawan satu di tengah hutan pada malam hari.
Baca Juga:
Prabowo Gelar Pertemuan Bilateral dengan Presiden Macron di KTT G20 Brasil
"Ketika itu, pertemuan pertama saya dengan beliau terjadi selama konflik di Timor Timur. Saya ingin menegaskan bahwa apa pun yang saya sampaikan hari ini adalah kenyataan, dan dapat diklarifikasi oleh siapa pun," ujar Agustinus dalam saluran YouTube Deddy Corbuzier, beberapa waktu lalu.
Agustinus mengenang masa ketika Prabowo menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328.
"Saya bergabung dengan beliau sejak tahun 1985, sejak saat beliau menjabat sebagai wakil komandan. Bersama-sama, kami berangkat ke Timor Timur," tambahnya.
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Pembangunan Berkelanjutan dan Transisi Energi
"Baru setelah beliau sampai satu bulan di sana saya menyusul. Nah ketika saya menyusul, saya bertemulah dengan beliau," kata dia.
Agus menyebut Prabowo adalah sosok pemimpin yang tak hanya memberikan perintah saja. Namun ia mengatakan sosok Menhan RI itu adalah orang yang akan ikut turun bersama pasukan.
"Saat itu ada perintah jam malam dan tidak boleh yang namanya pasukan itu malam hari tanpa perintah keluar dari Markas."
"Nah pada saat itu kejadian pasukan yang berada di wilayah lain tidak berdekatan dengan Pak Prabowo sebagai komandan batalyon itu punya masalah nah masalahnya itu adalah kendaraannya rusak," sambungnya.
Setelahnya, Prabowo memberikan perintah kepada anak buahnya untuk melakukan evakuasi ke lokasi terjadi kontak tembak.
"Pak Prabowo itu posisinya sekitar 15 kilometer dari wilayah kontak senjata. Pak Prabowo perintahkan sekarang berangkat Gus. Nah ketika berangkat itulah yang sampai dengan hari ini saya tidak bisa melupakan. Saya sebagai ajudan beliau komandan saya mestinya segala sesuatunya kan saya mengerjakan terlebih dahulu, tapi ini justru sebaliknya," ungkapnya.
Saat hujan deras dan sungai meluap, Prabowo nekat menyebrang sungat yang lebarnya kurang lebih 60 meter itu. Bahkan atasannya itu memimpin di depan.
"Tapi beliau ingin di depan. Nah saya sebagai ajudan kan mengatakan jangan pak, saya yang di depan. Tapi beliau tetap ngotot, tidak saya harus di depan. Jadi beliau nyebrang duluan, saya malah jadi kayak komandan gitu, saya mendampingi beliau jadi terbalik-balik," jelasnya.
Mereka pun akhirnya sampai di titik terjadinya tembak-menembak itu yang berada di sekitar Gunung Haidato.
"Malam harinya, beliau menemukan ada sebuah kertas tulisan dibungkus kantong Supermi, dan di situ dituliskan, Prabowo kalau kamu berani satu lawan satu," bebernya.
Ia pun lantas meladeni tantangan tersebut untuk duel di tengah hutan.
"Prabowo bukan ciut, dia perintahkan pasukannya dan kita bergerak masuk ke hutan malam hari. Saya sampaikan sama beliau, pak ini sudah malam pak, kita tidak bisa melihat kanan kiri, tapi Pak Prabowo tetap ladenin satu lawan satu," ceritanya.
Meskipun diminta mundur olehnya, Prabowo enggan untuk mundur saat bertemu lawan.
"Tidak apa-apa Gus, saya berani lakukan itu kalau memang itu permintaan dia. Saya sebagai ajudan mengatakan jangan pak, kita selesaikan besok saja," kenang Agus.
Melansir TVOne News, ketika itu Prabowo pun dihujani tembakan oleh musuh setelah sampai di lokasi yang diminta lawan.
"Pak Prabowo nembak juga, dia paling depan, malam hari. Saya bilang, pak hentikan pak, kita lebih baik evakuasi teman-teman kita yang terluka," ucap Agus.
Setelah itu Prabowo pun lantas mundur dan meminta anak buahnya untuk mengevakuasi prajurit yang terluka.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]