WahanaNews.co | Tiga partai besar resmi membentuk sebuah koalisi pada Kamis (12/5) lalu. Namanya yakni Koalisi Indonesia Bersatu.
Tiga partai tersebut yakni Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Baca Juga:
Bursa Capres KIB, Ini Respon Ganjar Pranowo
Koalisi ini disebut sebagai langkah awal bagi Golkar, PAN, dan PPP berkoalisi untuk Pemilu 2024.
Namun, Koalisi Indonesia Bersatu belum mendeklarasikan ataupun mengungkapkan sosok kandidat calon presiden (capres) yang diusung dalam Pilpres mendatang.
Tiga hari berselang dari pembentukan koalisi, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan kedatangan tamu yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Baca Juga:
Golkar Masih Tunggu Partai Baru di KIB, Airlangga: Nanti Kita Lihat!
Usai bertemu Airlangga, pria yang akrab disapa Emil itu melaporkan bahwa publik merespons positif Koalisi Indonesia Bersatu yang digagas Golkar, PPP, dan PAN.
"Koalisi ini responsnya sangat positif dan memberikan harapan-harapan, dan tentunya dengan begitu mudah-mudahan, ini juga mendukung sisa jabatan saya," ujar Emil, Selasa (17/5).
Emil mengatakan Airlangga juga berharap dirinya bisa menyelesaikan tugas dan program kerjanya di Jawa Barat. Masa jabatan Emil sebagai gubernur Jawa Barat diketahui berakhir pada 2023.
"Tadi Pak Airlangga sudah menyatakan, Partai Golkar, ini penting supaya sampai di sisa waktu ini Jawa Baratnya mantap juara dan sebagainya, kira-kira itu harapannya," ujarnya.
Di tempat yang sama, Airlangga membocorkan hasil pembicaraan tertutupnya dengan Emil. Ia berbicara soal dukungan Golkar kepada Emil selaku gubernur Jawa Barat.
"Kami membahas hal lain, yang tentu terkait juga perkembangan politik saat ini, di mana tentu selama ini Pak Emil selaku Gubernur Jawa Barat juga didukung Partai Golkar agar kerjaannya bisa berjalan dengan lancar," ujar Airlangga.
Pada hari yang sama, Emil juga sempat bertemu dengan Zulkifli Hasan. Pertemuan itu diketahui usai Zulhas mengunggah fotonya bersama Emil di akun Twitter resminya @ZUL_hasan.
Zulhas mengatakan pertemuan dengan Emil itu digelar selama dua jam. Saat itu, Emil juga turut bertanya kepada Zulhas soal Koalisi Indonesia Bersatu.
"Tentu kami pun berdiskusi soal situasi politik dan kebangsaan hari ini. Kang Emil tanya soal Koalisi Indonesia Bersatu yang baru saya bentuk bersama Pak Airlangga dan Pak Suharso minggu lalu," kata Zulhas.
Zulhas menyampaikan bahwa fokus Koalisi Indonesia Bersatu untuk membawa politik gagasan. Ia percaya Indonesia akan lebih baik jika memiliki gagasan, terobosan, dan menjaga persatuan.
"Sehat selalu Kang Emil. Terima kasih sudah berkunjung ke Widya Chandra. Pertemuan tadi ditutup dengan TikTok-an bareng. Saya tentu kalah soal ini. Kang Emil jagonya," ujarnya.
Koalisi yang digagas Golkar, PAN, dan PPP sudah memenuhi syarat presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden. Seorang capres harus mendapat dukungan partai politik yang memiliki perolehan kursi 20 persen dari jumlah kursi DPR atau 25 persen dari suara sah nasional pada pemilu sebelumnya.
Pada Pemilu 2019 lalu, Golkar mendapat 85 kursi di DPR. Sementara PAN dan PPP masing memperoleh 44 kursi dan 19 kursi. Jika ditotal, jumlah kursi mereka mencapai 25,7 persen dari kursi DPR.
Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi memprediksi Koalisi Indonesia Bersatu bakal mengusung capres nonkader, mengingat tiga parpol di koalisi tersebut tak memiliki kader dengan elektabilitas tinggi.
"Dibandingkan dengan nama lainnya yang diusung tiga partai ini, nama Anies lebih lumayanlah untuk ditawarkan, tinggal cari wakil siapa," kata Asrinaldi, Sabtu (14/5).
Asrinaldi menilai Anies memiliki kedekatan dengan ketiga partai tersebut. PAN merupakan salah satu pendukung Anies sejak Pilkada DKI 2017.
Selain itu, PPP juga telah menambatkan hati ke Anies. Dewan Pimpinan Wilayah PPP DKI Jakarta mendukung Anies sebagai capres untuk Pilpres 2024.
Sementara itu, Direktur Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menyebut Ganjar sebagai kandidat potensial yang akan diusung ketiga partai itu. Ia berpendapat Ganjar bisa mengisi kekosongan figur di koalisi tersebut.
"Ganjar memang ada partainya. Kecuali PDIP enggak ambil beliau, bisa nanti disimulasikan Ganjar-Airlangga, Ganjar-Zulhas, atau Ganjar-Suharso Monoarfa," kata Pangi, Sabtu (14/5).
Pangi menyebut Ganjar bisa saja keluar dari PDIP dan mendapat tiket ke pilpres dari partai lain. Ia menyandingkan kondisi Ganjar saat ini dengan pengalaman Jusuf Kalla yang tak diusung Partai Golkar pada Pilpres 2014.
Meski demikian, Pangi menganggap keputusan itu bakal menjadi pertaruhan terbesar Ganjar. Terlebih lagi pendukung Ganjar beririsan dengan PDIP.
"Kalau dia tidak maju sama PDIP, suaranya tidak akan sekuat ini. Pendukung Jokowi, PDIP, kan saat ini banyaknya ke Ganjar," ujarnya. [rsy]