"Jadi, tim IT kami sudah memeriksa itu, tadi juga sudah berkonsultasi dengan para penyidik, memang ini masih dugaan, tentu ini menjadi tugas kepolisian untuk memeriksa lebih lanjut. Yang pasti ada kegiatan jurnalistik yang terhambat dan itu mengganggu khususnya informasi kepada publik dalam penyebaran informasi-informasi," ujarnya.
Lebih lanjut Ade mengatakan, pihaknya telah membawa bukti-bukti, yakni salah satunya bukti peretasan pada website tersebut.
Baca Juga:
Pegi Setiawan Bebas, Pakar Sebut Perkara Belum Tuntas
Dalam peretasan itu, katanya, tertulis “diam atau mati”.
"Untuk bukti awal itu masih dalam log out, log in. Jadi kurang lebih ini, yang menjadi salah satu bukti kita informasi-informasi upaya akses masuk ya, dan kemudian bukan hanya itu sebenarnya, ada pesan masuk di dalamnya yaitu pesannya bisa kita baca 'Diam atau mati'. Jadi ini yang beberapa kali masuk dalam server klien kami, ke website klien kami, dan bukan hanya masuk tapi juga ada ancaman," katanya.
Sebelumnya, Pemimpin Redaksi Narasi, Zen Rachmat Sugito atau Zen Rs, menyampaikan, belasan awak redaksinya mengalami upaya peretasan secara serentak.
Baca Juga:
PKS Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Ditolak Partai Gelora
Zen mengatakan, peretasan itu menyasar berbagai platform milik awak redaksi, dari Facebook hingga WhatsApp.
"Belasan awak redaksi Narasi menghadapi usaha peretasan secara serentak. Usaha peretasan itu menyasar beragam platform yang digunakan, dari Facebook dan Instagram hingga Telegram dan WhatsApp," kata Zen, dalam keterangan tertulis, Minggu (25/9/2022).
Zen menceritakan, peretasan itu pertama kali dialami oleh salah satu produser Narasi, Akbar Wijaya atau Jay Akbar.