WahanaNews.co | Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel
Rachman, akan mendapatkan amanah baru setelah diusulkan menjadi Duta Besar RI
untuk Kazakhstan.
Fadjroel juga sudah menjalani fit and proper test bersama Komisi I
DPR, Rabu (14/7/2021) kemarin.
Baca Juga:
Fadjroel Rachman Yakin Jokowi Tegak Lurus Reformasi Terkait Masa Jabatan presiden
Setelah nantinya tidak lagi menjadi Jubir Jokowi, pertanyaannya adalah siapa yang akan menggantikan
posisi Fadjroel?
Seperti apa idealnya kriteria sosok
jubir Jokowi selanjutnya?
Pakar Komunikasi Politik, Gun Gun
Heryanto, menilai, juru bicara presiden harus memiliki
empat karakteristik.
Baca Juga:
Belum Ada Keinginan Cari Jubir Baru, Jokowi: Sendiri Saja Dulu
Pertama adalah presidensial, atau bisa merepresentasikan Presiden Jokowi.
"Artinya, pernyataan-pernyataan
yang merepresentasikan pikiran presiden. Sehingga orang yang harus betul-betul
memahami dengan lengkap komprehensif apa yang menjadi keinginan presiden,"
kata Gun Gun, Kamis (15/7/2021).
Kedua, menurut Gun Gun, seorang jubir
harus memahami karakter otoritatif.
Artinya, komunikasi Istana bukan hanya
common sense atau berakal sehat,
tetapi komunikasi yang juga harus berdasarkan otoritas atau kewenangan yang
melekat dari lembaga kepresidenan.
Sehingga, diharapkan pernyataan-pernyataan
yang keluar dari mulut jubir itu betul-betul merujuk pada data seharusnya, atau
kebijakan yang semestinya dikehendaki Istana.
Kriteria ketiga, menurut Gun Gun, adalah dapat memiliki sifat direktif
atau memberi arahan.
"Kenapa? Karena pernyataan
presiden melalui juru bicara itu akan menjadi direction, menjadi arahan, bagi seluruh kementerian, lembaga, dan daerah.
Sehingga, pernyataan itu harus pernyataan yang betul-betul implementatif,
jangan ambigu," urai Direktur Eksekutif The Political Literacy ini.
"Tentu, terakhir,
ofisial. Pernyataan itu harus pernyataan resmi. Jadi, empat
karakteristik komunikasi Istana itu, kenapa saya sebut Istana, tentu itu adalah
komunikasi lembaga kepresidenan. Karena kan
jubir presiden. Dia harus punya pensifatan tadi itu," sambung Gun Gun.
Lantas, siapa figur yang tepat untuk menggantikan Fadjoel Rachman?
Terkait siapa figur yang tepat untuk
menggantikan Fadjroel, Gun Gun menilai, penggantinya wajib memahami
komunikasi dan politik.
Sebab, lembaga kepresidenan, selain
aspek politiknya tinggi, jubir presiden harus memahami lanskap komunikasi yang
berkembang.
"Baik itu komunikasi kelembagaan,
kan ini the highly multiparty system ya. Jadi, memang harus betul-betul
komunikasi kelembagaannya jalan, komunikasi antarpribadinya jalan, sehingga
orang betul-betul mamahami lanskap komunikasi dan lanskap politik dalam waktu
berbarengan," jelas Gun Gun.
Gun Gun juga berpendapat, seorang jubir presiden harus memiliki gaya komunikasi structuring style atau mampu membedah
argumentasi presiden secara lebih rinci.
"Itu khas the structuring style, jadi gayanya harus gaya berstruktur. Untuk
melengkapi apa? Melengkapi posisi Pak Jokowi yang orang equalitarian," sebut Gun Gun.
Terakhir, ia berpandangan, figur jubir presiden harus memiliki jaringan komunikasi yang
bagus.
Menurutnya, jaringan komunikasi sangat
penting, sebab kini tak ada ruang yang bisa dikendalikan penuh oleh pemerintah.
"Misalnya,
temen-temen media, NGO, teman-teman khalayak kunci seperti ormas NU, Muhammadiyah.
Contoh media, kan berbeda saat orde
baru, yang pemberitaan itu bisa di-framing sedemikian rupa oleh Istana. Sekarang kan terdistribusi dengan banyak orang. Media dengan karteristiknya,
NGO dengan karakteristiknya. Sehingga ini penting. Sehingga tidak kesulitan
merepresentasikan maksud dari istana," pungkas Dosen UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta itu. [qnt]