WahanaNews.co |
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 sebaiknya diikuti oleh
sebanyak-banyaknya pasangan kandidat.
Pengamat politik, Kunto Adi Wibowo,
mengatakan, bila ambang batas pencalonan presiden atau presidential
threshold tetap 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional,
sebenarnya Pilpres 2024 bisa diikuti paling banyak lima pasangan calon.
Baca Juga:
Sukses Cetak Hattrick dalam Kontestasi Pilpres, Martabat Siap Kawal Agenda Keberlanjutan
"Kalau ditanya sebaiknya, ya
sebanyak-banyaknya. Kalau kita lihat Presidential Threshold 20 persen,
ya harusnya ada lima, itu sebaiknya. Tapi, dengan komposisi kursi yang ada,
kayaknya enggak mungkin itu lima, paling banyak empat pasangan
calon," ujar Kunto kepada wartawan, Selasa (1/6/2021).
Namun, kata dia, kondisi kenyataan politik
akan berbeda.
Dia memberikan contoh, Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) beberapa waktu lalu sudah menyampaikan tidak akan
berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Baca Juga:
Ini Pesan Jokowi ke Prabowo-Gibran
"Dan itu sudah kelihatan. Tapi kan
ada skenario juga bagaimana kalau semua partai sudah mulai berkoalisi, misalnya
muncul koalisi partai Islam yang bisa lebih dari 27 persen, kalau enggak
salah," ujarnya.
Dia melanjutkan, jika koalisi Partai Politik
Islam terbentuk, maka tersisa Partai NasDem, Demokrat, Golkar.
Sementara Partai Gerindra mesra dengan PDIP.
"Misalnya dari situ kemudian muncul ya
paling tidak kan tiga pasangan calon, satu dari partai Islam, kemudian
entah Golkar dengan Demokrat, entah Golkar dengan NasDem, atau Gerindra dengan
PDIP, jadi sangat mungkin tiga. Jadi, kalau dari kondisi politik sekarang sih
masih memungkinkan tiga sampai empat," ungkapnya.
Menurut dia, sayang sekali jika Pilpres
mendatang diikuti hanya dua pasangan calon.
Karena, lanjut dia, tidak ada petahana atau incumbent
di Pilpres 2024.
"Sehingga, seharusnya, putra-putri
terbaik yang diusung partai-partai politik ini enggak usah takut. Harusnya,
dengan banyak calon, kalaupun pertimbangannya adalah" ya itu pemborosan,
buang-buang waktu, sangat mungkin ada dua putaran, ya kita akan lebih
pemborosan kalau akhirnya memilih calon pemimpin yang tidak tersaring dengan
baik. Itu kerugiannya justru lebih besar bagi bangsa ini daripada hanya sekadar
dua putaran Pemilu," pungkasnya. [qnt]