"Jokowi serius dengan gagasan tersebut, namun Megawati tidak menyetujuinya karena ingin putrinya, Puan Maharani, Ketua DPR dan cucu Soekarno, menjadi presiden," kata Yose Rizal Damuri, direktur eksekutif Pusat Penelitian Strategis dan Strategis (CSIS), dalam artikel Nikkei berjudul 'How Dynastic Politics Shaped Presidential Election in Indonesia'.
Dalam pidatonya pada November 2022, Jokowi sempat menyerukan kepada pendukungnya untuk mendukung pemimpin yang "berambut putih" sebagai penggantinya, sesuai dengan penggambaran Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang juga kader PDI-P.
Baca Juga:
Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Subianto akan Hadiri Undangan Raja Charles III hingga PM Keir Starmer
Sebagai tanggapan, Megawati menegaskan kembali kuasanya sebagai pemimpin partai pada sebuah acara di awal tahun 2023, dengan mengatakan kepada Jokowi bahwa dirinya lah yang memiliki otoritas untuk memilih calon presiden dari PDI-P
"Tanpa dukungan saya, Anda bukan siapa-siapa," tegas Megawati.
Pada akhirnya, Megawati mencalonkan Ganjar sebagai calon presiden pada April.
Baca Juga:
Prabowo Gelar Pertemuan Bilateral dengan Presiden Macron di KTT G20 Brasil
Setelah itu, Jokowi mulai menunjukkan dukungan lebih besar kepada Prabowo. Seolah diberi isyarat, kelompok pendukung dan sekutu Jokowi, termasuk Wali Kota Medan dan Partai Solidaritas Indonesia, semuanya menyatakan dukungannya terhadap Prabowo.
"Saat itulah popularitas Prabowo mulai melejit, memecah kebuntuan dengan Ganjar," tulis Nikkei.
Kedekatan Jokowi dengan Prabowo pun makin nyata menjelang pilpres. Ia menyebarkan foto-foto di internet yang menunjukkannya makan malam bersama Prabowo untuk menunjukkan hubungan dekat.