"Tampaknya pernyataan Sandi yang siap menyatakan diri menjadi capres tidak berimbas sama sekali terhadap pemilih Prabowo dan Gerindra," ujar Arif.
Lebih lanjut, ia menerangkan, persaingan tokoh potensial menuju Pilpres 2024 semakin hangat dan menarik di tengah upaya partai politik (parpol) membentuk koalisi politik dan tokoh capres potensial nonparpol mendekati parpol
Baca Juga:
Buntut Panjang Perselisihan Poltracking dan Persepi: Data Survei hingga Target Sanksi
Menurutnya, ada dua hal yang membuat elektabilitas Prabowo berada di posisi puncak sekarang, yaitu deklarasi pembentukan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya antara Partai Gerindra dan PKB, serta kinerja Prabowo yang dianggap pubik baik. Di sisi lain, menurutnya, Ganjar dan Anies mengalami stagnansi karena publik belum melihat kinerja yang moncer.
"Tampaknya publik luas juga menyadari bahwa apa yang dipertontonkan dari konten-konten yang diunggah di media sosial oleh beberapa tokoh yang berhasrat menjadi capres belum tentu mencerminkan kondisi yang sebenarnya, hanya berupa pencitraan untuk meraih simpati dan dukungan," ucap dia.
Arif melanjutkan, pemilih Ganjar berdasarkan berasal dari PDIP sebesar 8,5 persen. Namun, menurutnya, hal itu belum cukup maksimal karena masih belum jelas dan definitifnya keputusan PDIP terkait capres yang diusung. Apalagi, dia berkata, pemilih PDIP lebih loyal terhadap partai dibanding capres yang diusung.
Baca Juga:
Edy-Hasan Kandas di Survei, PDIP Banyak Pilih Paslon Bobby-Surya
"Terbukti PDIP masih belum bergeming dari posisinya sebagai pemuncak pertama. PKB sebesar 1,4 persen dan Golkar sebesar 1,4 persen," ujarnya.
Sedangkan pemilih Anies berdasarkan parpol mayoritas datang dari pemilih PKS sebesar 2,5 persen, PDIP sebesar 2,2 persen, Gerindra sebesar 1,5 persen, NasDem sebesar 1,4 persen, dan PKB sebesar 1,2 persen. Ia menambahkan, pemilih PKB terlihat solid ke Prabowo dibanding Ganjar dan Anies, sedangkan pemilih Golkar lebih cair dan mengambang.
"Terlihat pemilih Golkar yang memilih Prabowo juga cukup besar," ujarnya.