"Ajakan untuk melakukan perubahan, tidak melakukan politik identitas negatif, kemudian ada hal-hal tersirat tentang bagaimana kepemimpinan nasional seharusnya dan yang paling penting ajakan memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik dan itu seharusnya jadi inspirasi ketum parpol yang lain untuk mengajak hal yang sama," ujar dia.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno juga memberi analisis soal pernyataan Surya Paloh. Menurutnya, itu bisa dilatarbelakangi oleh dua hal.
Baca Juga:
Pilkada DKI Jakarta: Anies Baswedan Hormati Langkah Nasdem yang Tak Mengusungnya
"Konteksnya bisa dibaca dua hal. Pertama itu argumen normatif. Jangan sampai bangsa pecah belah hanya karena urusan pemilu. Politik elektoral mesti dimaknai biasa-biasa saja. Jangan sampai menggunakan segala cara untuk menang," kata Adi saat dihubungi terpisah.
Kedua, lanjut Adi, pernyataan Paloh juga bisa dibaca dalam konteks perpolitikan taktis saat ini tatkala NasDem sedang membangun poros koalisi.
Adi menilai pernyataan Paloh soal wanti-wanti perpecahan itu tak terlepas dari kondisi NasDem yang dinilai tak menguntungkan.
Baca Juga:
Tanggapi Pesimisme Surya Paloh, PDI-P Ingatkan Potensi Kejutan Politik Anies
"Kedua, bisa juga dibaca dalam politik taktis saat ini. Karena pembelahan saat ini tak terlampau menguntungkan bagi NasDem yang saat ini sedang membentuk poros politik," ujar Adi.
NasDem mempunyai tiga sosok bakal calon presiden yang bakal diusung, yakni Anies Baswedan, Andika Perkasa, dan Ganjar Pranowo.
Adi menilai Gubernur DKI Anies Baswedan merupakan sosok yang paling realistis untuk diusung NasDem sebagai salah satu bakal capres 2024.