WahanaNews.co | Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) TGB HM Zainul Majdi mengatakan, hadirnya teknologi dapat membawa bahaya ketika tak dapat mengendalikan diri. Seperti berita fitnah yang menyebar melalui WhatsApp (WA) grup karena ulah manusia.
TGB menilai, bila semua diam dan tak menyebarkan melalui WA, maka dengan sendirinya fitnah akan terhenti.
Baca Juga:
Sugeng Riyanta, Menantang Badai Fitnah Ditengah Misi Kemaslahatan Ummat
“Fitnah menyebar melalui WA karena kita yang sebarkan,” katanya, Kamis (19/5/2022).
TGB menyampaikan hal ini saat Kuliah Subuh di Masjid Al Muttaqin di Kecamatan Unter Iwes, Kabupaten Sumbawa dalam rangkaian Dakwah Nusantara di Pulau Sumbawa.
Ia menekankan, fitnah atau pada masa kini kerap disebut hoaks, terkait siapapun tak perlu disebarkan. Paling utama saat ini adalah menjaga persaudaraan, hidup bermasyarakat.
Baca Juga:
Terkait Pencemaran Nama Baik dan Fitnah, Febrica akan Laporkan V ke Polrestabes Medan
“Jangan karena bukan ke kita kemudian disebarkan, jangan mengatakan itu kan bukan saya. Ingat, sebagaimana kita berlaku seperti pula kita diperlakukan, bila kita berbuat kebaikan maka akan berbuah kebaikan,” tegas Doktor Ahli Tafsir Alquran ini.
Energi fitnah, lanjut TGB, hadir dan menjadi berlipat karena ada gerakan dari manusia. Fitnah yang dianggap kecil pun kemudian menjadi berlipat serangannya.
Kadang kala, ketika berniat meluruskan fitnah pun justru mendapat serangan balik.
“Maka pilihannya diam dan tidak usah ikut-ikutan. Dalam kondisi seperti ini, amal saleh yang pasif itu lebih manfaat, apalagi disaat masa menyebarnya fitnah,” bebernya.
Rektor IAIH Pancor ini melanjutkan, fitnah yang terjadi di tengah masyarakat, bukan hanya saat ini saja. Dikatakan, setelah Nabi Muhammad wafat, fitnah muncul di tengah sahabat.
Seperti masa Usman bin Affan, muncul provokasi dari orang yang tak mendapat jabatan, mereka menyebut khalifah setelah nabi ini hanya mengangkat orang dekatnya.
“Provokasi ini kemudian membuat orang-orang datang ke istana. Sampai terbunuhlah Sayyidina Usman, manusia yang telah mendapat jaminan dari Nabi Masuk Surga,” bebernya.
Fitnah kemudian kembali menyerang pemimpin berikutnya, masa Ali bin Abi Thalib. Dibunuh oleh seorang yang dikenal saleh, rajin salat malam dan penghafal Quran, namanya Abdurahman bin Muljam. Hanya karena beda pendapat yang bukan rukun agama, kemudian sahabat Nabi Muhamammad dibunuh.
“Hati-hati fitnah menyebar, mudaratnya (keburukannya) tak hanya menyerang orang yang dianggap buruk, tapi juga orang yang baik,” tegasnya. [rsy]