Ia berpendapat, sudah saatnya umat
Islam ketika berpolitik menggunakan kekuatan intelektual.
"Kadang-kadang, kekuatan massa yang besar itu seperti
buih, tidak selesaikan masalah apa-apa. Padahal, kita
diberikan kekuatan intelektual, lobi, kekuatan politik untuk melakukan
pendekatan, menekan, dan berhasil mencapai tujuan. Saya pikir, umat harus mengubah cara politik," jelasnya.
Baca Juga:
Yusril Beberkan Peran Strategis Daud Beureueh dalam Sejarah Kemerdekaan
Yusril tak menyebut kekuatan massa
yang dimaksud.
Namun, dalam
Pilpres 2019, kubu Jokowi - Ma"ruf dan Prabowo-Sandi saling beradu
kekuatan massa demi menarik simpati publik.
Ia pun menyinggung kelompok yang
hingga kini masih bersitegang walau Prabowo-Sandi sudah menjadi menteri Jokowi.
Baca Juga:
Mantan Otak Bom Bali Ditolak Masuk Indonesia, Yusril: Status WNI Hambali Sudah Gugur
"Jadi, ini
persoalannya lebih kepada strategi dan taktik politik, tidak ada persoalan
akidah, kafir mengkafirkan, memecah belah. Apalagi Pilpres sudah selesai,
Prabowo-Sandi jadi anak buah Jokowi, tapi sesama kita masih enggak suka, itu
perlu direnungkan bersama. Kalau tidak ada hal-hal fundamental, lebih baik kita bersatu," tutupnya. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.