Mereka, disebut Yano, banyak yang mengaku
sebagai orang-orang turunan Indo walaupun tak semua dari mereka berasal dari
hasil kawin campur dengan orang Belanda.
Meski mereka sudah memilih kewarganegaraan
Belanda, ikatan batin dengan Depok masih kuat melekat.
Baca Juga:
Cawal Supian Suri Tahu Mengapa Kota Depok Kurang Maju Dibandingkan Daerah Sekitar
Untuk mengenang dengan Depok, orang-orang
Belanda Depok mendirikan paguyuban bernama De Dodol (Depok Ondervindt
Doorlopend Onze Liefde).
Kalimat tersebut berarti Depok membuat cinta
kami tetap.
Kemudian paguyuban tersebut diubah menjadi Stidas,
lalu BODAS (Bond van Depokkers, Aanverwanten en Sympathiserenden).
Baca Juga:
Prestasi Atlet Kota Depok di PON 2024 Aceh-Sumut: Sumbang Medali Lengkapi Jawa Barat Raih Juara Umum
BODAS berarti Perkumpulan orang Depok, Suami
atau Istri yang Menikah dengan Orang Depok dan Para Simpatisan.
"Di saat itulah lahir singkatan dari kata
Depok di antara mereka, yang tidak lain adalah versi orang-orang Depok di
Belanda yang rindu pada desanya. Mereka pun mengartikan Depok seperti versi
kedua dan mereka secara rutin berkumpul pada waktu-waktu tertentu untuk
sama-sama bernostalgia mengenang desa mereka sambil mengadakan kegiatan
amal," tambah Yano.
Versi lain akronim tentang Depok yaitu Deze
Einheid Predikt Ons Kristus.