WahanaNews.co | Pemiliham Umum (Pemilu) tahun 2024 di Indonesia memiliki keunikan karena bertepatan dengan hari kasih sayang sedunia atau Valentine’s Day.
Namun, meski berbarengan dengan hari Valentine, tak jarang pula sesama warga, teman, bahkan keluarga, mereka saling gontok-gontokan.
Baca Juga:
Soal Hasil Pilpres 2024: PTUN Jakarta Tak Terima Gugatan PDIP, Ini Alasannya
Padahal sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi. Pasalnya, perbedaan yang ada bukanlah suatu alat pemecah belah warga negara, utamanya Indonesia.
Kalau kita cermati, pesta demokrasi seperti Pemilu ini memang rawan memecah belah persatuan dan kesatuan suatu negara.
Asosiasi Psikolog Amerika Serikat bahkan menyebutkan kalau akibat "dark momen" ini bisa menimbulkam gejala stres akibat masa-masa kampanye yang sengit.
Baca Juga:
KPU Labura Verifikasi Berkas Calon Bupati dan Wakil Bupati di Rantau Prapat: Pastikan Dokumen Sah
Pemilu memang sangat berpotensi membuat orang saling berdebat keras dan tertekan secara mental.
Bagaimana tidak, bila kandidat yang kita pilih menang, mungkin apa yang menjadi pikiran dan membuat kita stres akan hilang.
Namun, bagaimana seandainya orang yang kita gadang-gadangkan untuk menjadi pemimpin negara ini akhirnya harus kalah?
Berikut ini hal yang bisa kamu lakukan untuk menjaga agar kesehatan mental dan pikiranmu tetap sehat.
1. Tetap berpikir positif
Kalah dalam suatu pemilihan atau kompetisi itu biasa. Sayangnya, tidak semua orang bisa menerima hal itu.
Mengutip ucapan Nadine Kaslow, seorang profesor di departemen psikiatri dan ilmu perilaku di Emory university School of Medicine di Atlanta, meski kalah, kita masih bisa melakukan kegiatan yang positif.
Kekalahan memberikan kesempatan untuk saling simpati dan menghibur, serta menumbuhkan rasa persahabatan di antara orang-orang yang memiliki pandangan dan nilai-nilai yang sama.
Jadi, jangan terlalu larut dalam kekalahan.
2. Lakukan rutinitas normal
Umumnya orang yang kalah akan sesuatu menjadi malas untuk bergerak, berpikir bagaimana tim mereka bisa kalah, padahal memiliki banyak partisipan.
Ingat, kecewa boleh, tapi jangan meninggalkan rutinitas yang sudah menjadi keseharian kamu.
"Carilah cara untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang memberikan keseimbangan dalam hidup," imbuh psikolog Dana Lipsky, di Columbia.
Jangan sampai efek dari kekalahan ini menjadi lingkaran setan dan membuat kita merasa lebih buruk. Tingkatkan mood dengan berolahraga agar olahraga mendorong pelepasan endorfin yang membantu meningkatkan perasaan senang.
3. Jangan asal bicara
Bila memiliki teman atau sanak saudara yang berbeda pilihan dengan kita, enggak masalah.
"Terlalu banyak bicara politik dalam kondisi ada yang merasa menang dan kalah, akan menjadi percakapan beracun yang tidak akan membawa hasil apa-apa," jelas Bart Rossi, psikolog di Naples, Florida.
4. Jaga emosi
"Jangan biarkan perasaan kamu mengambil kualitas terbaik dari diri sendiri," kata Jan Bruce, CEO Quillibrium.com.
Kamu mungkin merasa kecewa atau marah. Tapi, akuilah kekalahan itu, cobalah untuk mengingat bahwa mungkin minggu depan, akan ada banyak hal yang terasa berbeda dari apa yang kamu rasakan sekarang.
5. Batasi asupan berita dan media sosial
Jika kamu merasa tertekan oleh hasil Pemilu, batasi konsumsi berita soal itu.
Pembatasan ini memungkinkan untuk menciptakan ruang emosional dan fisik untuk fokus pada hal-hal lain, yang akan membantu kamu keadaan hati dan pikiran yang lebih seimbang dari pikiran.
Yang harus kamu pahami, walaupun kandidat capres/cawapresmu kalah, bukan berarti kamu berhenti untuk membangun negeri ini. Isilah kehidupan kamu dengan kegiatan yang positif.
Dengan begitu, berarti kamu telah membela nama kandidatmu dengan cara yang positif.
Atau, jadilah relawan di tempat yang bisa kamu ikut berpartisipasi atau di tempat penampungan hewan.
Menjadi produktif atas nama sesuatu atau seseorang yang kamu percaya, akan membantu kamu tetap pada jalur yang positif. Tetap menjaga NKRI.
[Redaktur: Zahara Sitio]